Halaman

Kamis, 30 Mei 2024

Fase/Level Kesadaran Manusia dengan Semesta

Definisi kesadaran manusia sudah banyak dijelaskan oleh banyak orang tidak terkecuali seperti yang dipaparkan oleh David Hawkins yang menentukan level kesadaran berdasarkan perasaan dan frekuensi gelombang energi yang dipancarkan. Selain Hawkin, juga banyak teoris lain yang turut memberikan idenya tentang kesadaran. Namun demikian, dalam artikel ini saya hanya mengupas tingkat kesadaran berdasarkan cara manusia berrelasi dengan semestanya. Artikel ini bukan murni ide saya melainkan mendapat inspirasi dasar dari seorang pintar yang di panggil Kang Bayu dalam konten youtube Ngaji Roso dengan sedikit pengembangan dari saya pribadi.

Gambaran kesadaran (sumber: mock up buku higher self)


Paparan tersebut saya salin dalam tulisan agar bisa saya abadikan secara pribadi dan jadi referensi bagi para pembaca juga untuk bercermin terhadap dirinya sendiri. Berikut 7 level kesadaran manusia dengan semesta diluar dirinya.

1.      Egosentrisme

Kesadaran pada fase ini masih menjadikan diri sebagai senter dunianya, dimana semua kehidupan harus berpusat kepadanya. Dalam fase ini, nafsu manusia masih sangat mendominasi dirinya sendri baik nafsu syahwat, serakah, amarah, atau lawamah. Tidak sedikit pada fase ini manusia mengabaikan keberadaan Tuhan, karena cenderung bersifat materialis, egois, manipulatif. Semua dilakukan demi kepentingan dirinya sendiri dan/atau orang-orang di lingkungan sirkelnya.

 



  

2.      Empati

Kesadaran pada fase ini manusia sudah mampu berempati dan menempatkan dirinya pada posisi orang lain sehingga lebih memiliki rasa empati. Dari level inilah manusia sudah memiliki belas kasih satu sama lain dimana dia bisa merasakan sakitnya atau bahagianya orang lain seolah menjadi bagian dari dirinya. Meski demikian, tidak sedikit ego yang masih melekat sehingga masih berhitung untung rugi untuk dirinya sendiri melebih rasa empatinya terhadap orang atau makhluk lain.



1.      Takut Tuhan

Pada fase kesadaran ini manusia sudah menyadari dan menghadirkan keberadaan Tuhan dalam hidupnya, namun menganggap pihak lain yang tidak sejalan dengan keyakinannya dianggap lawan yang harus disadarkan sejalan pemikirannya. Sehingga hubungan vertical dengan Tuhan seperti ibadah-ibadahnya baik, namun hubungan horizontal dirinya dengan pihak lain yaitu makhluk hidup atau alam terpisah dan dianggap permisif untuk berkonfrontasi. Tidak sedikit jenis manusia ini adalah hasil hijrah dari fase pertama dan fase kedua yang ingin mendekat pada Tuhan dalam frame beragama tertentu. Dalam fase ini manusia masih berpotensi membuat kerusakan baik bagi manusia lainnya maupun alam sekitar atas nama keyakinan yang dianutnya.

 



4.      Jiwa yang Tenang (Mutmainah)

Pada fase ini adalah batas minimum kesadaran tertinggi dalam versi level kesadaran untuk menuju peradaban maju. Maju dalam hal ini bukan yang kita pahami seperti saat ini, melainkan manusia-manusia yang mampu mengelola segala potensi diri, di luar diri, dan Tuhan. Manusia yang sudah pada fase/level ini setidaknya tidak akan mengakibatkan keburukan bagi yang lain. Karena sudah memiliki relasi yang baik dengan dirinya, diluar dirinya, dan Tuhan. Dalam fase ini pulalah manusia menyadari bahwa hubungan diri dengan manusia lainnya tergantung seberapa dekat hubungan dia dengan Tuhannya.



                

5.      Kesatuan Semesta ke Tuhan

Pada fase ini, manusia tidak hanya sudah berhubungan baik dengan Tuhan secara personal, namun hubungan baiknya pada manusia sudah pada level internalisasi dan representasi. Seorang manusia sudah tidak lagi memiliki kebencian dalam konteks bahwa siapapun yang hadir dalam hidupnya entah baik atau jahat  adalah representasi dari imej dirinya sendiri. Alih-alih membenci, manusia yang sudah dalam fase/level ini lebih memberikan pemakluman. Tidak hanya itu, empati dirinya kepada manusia dan makhluk lain serta alam sudah sangat tinggi.

 



6.      Manunggal

Pada fase keenam ini manusia sudah merasa menjadi satu dengan semestanya baik makhluk, alam/dimensi sekitarnya maupun dengan Tuhannya. Tidak jarang orang yang sudah sampai pada level ini telah mendapat karomah/mukjizat dari Tuhan karena persepsinya yang sudah mencapai jauh diatas rata-rata sehingga dapat menciptakan  banyak keajaiban dan pengalaman spiritual tingkat tinggi. Hal ini adalah jagad alit/semesta diri dan jagad ageng/ semesta raya sudah saling menyatu dalam satu kesadaran. Manusia pada level ini sudah pasti lepas dari keinginan ego pribadinya. Hatinya murni dan suci semata-mata representasi Tuhan di bumi.

 


7.       

1.      Tidak terdefinisikan

Fase ketujuh ini sangat langka dialami oleh manusia hanya segelintir yang dikehendaki oleh Tuhan/Allah. Saking mulianya maka Bahasa tidak mampu mendefinisikannya. Menurut penuturan Kang Abu hanya dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Namun tidak menutup kemungkinan juga dialami oleh Nabi-nabi lain selain Rosulullah jika Allah Berkehendak.

Wallahualam bis showab

 

Berikut tadi deskripsi yang saya pahami tentang fase/level kesadaran manusia. Tidak sepenuhnya bisa menerjemahkan secara lengkap dari pemateri. Tapi minimal memberikan sedikit gambaran besar bagi pembaca untuk sebagai ilmu pengetahuan dan sekaligus mengukur diri dimana level/fase kesadaran masing-masing.

Minggu, 19 Mei 2024

Apakah Fenomena-Fenomena Metafisika adalah Nyata?

  

Spiritualitas dan fenomena metafisika masih dianggap fiksi, takhayul, bahkan kemunduran bagi sebagian rakyat di negeri ini. Tulisan ini diilhami dari cuitan netizen yang skeptis dengan wacana santet yang  menimpa selebritis yang nyatanya hanya dijadikan kedok penyakit mereka semacam HIV atau penyakit yang lain. Padahal antara kedok dan fenomena adalah dua hal yang berbeda. Tidak berarti jika fenomena metafisika dijadikan sebagai kedok, lalu otomatis fenomena tersebut adalah fiksi. Maka dari itu, dalam hal ini saya ingin mengkornfirmasi bahwa kita tetap dapat menjadi logis dengan IQ 120 tapi juga masih bisa mempercayai bahwa fenomena metafisika dan spiritual adalah nyata adanya.

 

Ilustrasi Entanglement Quantum (Sumber: https://csferrie.medium.com/)

Santet: Quantum Entanglement atau belitan kuantum

Fenomena santet bisa dijelaskan melalui prinsip-prinsip fisika kuantum. Dalam fisika, santet dianggap sebagai salah satu fenomena alam. Pada awal abad ke-20, para ilmuwan menemukan berbagai fenomena dalam fisika yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik, yang kemudian dikenal sebagai fisika modern, terkait dengan dimensi kuantum alam semesta. Penemuan fisika kuantum ini memungkinkan berbagai aspek metafisika yang sebelumnya sulit dijelaskan kini dapat dipahami secara lebih logis. Kuantum sendiri adalah unit terkecil dari penyusun alam semesta, dan segala hal terkecil dalam tubuh kita juga berada dalam dimensi kuantum.


 Dalam fisika kuantum, konsep santet dikenal sebagai Quantum Entanglement atau belitan kuantum, di mana dua atom dari orang yang berbeda dapat berinteraksi meskipun terpisah jarak yang sangat jauh. Misalnya, jika dua orang, sebut saja A dan B, yang saling mengenal dan memiliki elektron dalam tubuh mereka, ketika A pergi jauh membawa elektron tersebut, pengukuran elektron oleh B akan menunjukkan hasil yang sama dengan A, meskipun tanpa komunikasi langsung. Jika B ingin mengubah hasil pengukurannya, ia hanya perlu memaksakan keinginannya, dan hasil pengukuran A akan sesuai dengan keinginan B. (Hops, 2023)


 Hal ini mirip dengan tindakan seorang dukun santet yang cukup memikirkan jenis rasa sakit yang ingin dikirimkan kepada targetnya, sehingga dimensi kuantum yang terhubung mewujudkannya. Akibatnya, otak korban santet akan menerjemahkan hal tersebut menjadi kenyataan, menyebabkan korban mengalami psikosomatis dan merasakan sakit, meskipun tidak ada penyakit yang terdeteksi secara medis. Dalam fisika kuantum, seluruh alam semesta adalah bagian dari satu fungsi gelombang yang sama, yang berarti semua hal di alam semesta saling terhubung, memungkinkan berbagai kemungkinan yang tampaknya mustahil menjadi nyata.


Sampai saat ini kejahatan santet belum bisa dibuktikan secara hukum, namun ada. Masalahnya karena tidak dapat dibuktikan tersebut, sering kali timbul fitnah tanpa dasar yang mengakibatkan nyawa melayang karena dihukum oleh massa seperti beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia akibat tuduhan satu keluarga pelaku santet. Meski demikian, kejahatan santet masih menjadi bola liar yang belum ada ketetapannya dalam hukum karena bukan bersifat material alias immaterial.

 


Santet dalam Islam dan Nusantara

Kebiasaan orang Indonesia yang relijius selalu mempertanyakan apakah segala sesuatunya ada dalam Islam termasuk santet? Ya. Saya jawab ada. Kalau tidak, mana ada ritual ruqyah dan sejenisnya? Santet dalam sejarah Islam pertama langsung dialami oleh Rasulullah Nabi Muhammad SAW sekaligus menandai turunnya surat Aquran yaitu Al Falaq. Asbabunnuzul atau sebab turunnya surah Al Falaq adalah pada waktu itu Nabi Muhammad SAW terkena sihir dari orang Yahudi bernama Labid bin Al A'sham. Kemudian, Allah SWT menurunkan surah Al-Mu'awwidzatain yang digunakan Malaikat Jibril untuk merukiah Nabi Muhammad SAW. Surah Al-Mu’awwidzat adalah surat yang terdiri dari surah Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Surah Al-Mu’awwidzat memiliki kedudukan yang tinggi di antara surah-surah lainnya. Di sunnahkan untuk membaca Al-Mu’awwidzat sebelum tidur. Al-Mu’awwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’


Dalam tradisi nusantara jauh lebih banyak fenomena yang demikian. Bahkan penulis menemui langsung teman penyintas santet dari mantan kekasihnya yang sakit hati, atau saudara dan tetangga yang disantet hingga meninggal dunia. Cerita paling tersohor adalah kisah Nyi Roro Kidul (Bukan Ratu Kidul) yang awalnya adalah putri kerajaan Sunda yang mengalami penyakit kulit dan cara penyembuhannya harus mandi di pantai selatan. Ketika dia telah mandi, penyakit kulitnya sembuh bahkan menjadi lebih cantik. Namun, dia sudah berubah menjadi bangsa jin bukan manusia lagi. Santet yang tidak kalah tersohor di Nusantara yaitu yang berasal dari Kalimantan yang turut berkontribusi dalam Tragedi Sampit 20 tahun yang lalu.


Selain dalam tradisi Islam dan Nusantara, Barat juga memiliki ilmu santet seperti ini. Seperti boneka Voodo, dan masih banyak lagi. Tentu saja pengetahuan ini didapat dari hasil menonton film-film barat. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun barat pelopor abad kemajuan 19-20 dengan revolusi industrinya, mereka tidak serasional yang kita pikirkan.

 

Antisipasi Ilmu Hitam (Santet, Teluh, Pelet)

 

Keberadaan ilmu hitam tidak semata-mata dapat dilakukan oleh manusia sendiri, tidak sedikit mereka bekerja sama dengan jin, setan atau iblis melalui perjanjian tertentu.Manusia biasa tanpa perlindungan akan mudah terkena. Hal inipun diakui oleh mantan dukun santet sendiri yang di-spill di media sosial, bahwa dari 100 orang yang disantet, 90nya kena baik meninggal dunia atau sakit berat. Sedangkan yang 10 ini untung-untungan atau memang punya kekuatan perlindungan Tuhan.

Dalam tulisan ini akan saya spill beberapa cara menangkal ilmu hitam tersebut. Hal ini berdasarkan pengalaman karena kita sudah terlindung secara spiritual bukan berarti kita tidak merasakan sama sekali, tetap ada dampaknya. Tapi perbedaan energi yang tinggi positif versus negatif, seseorang itu merasa risih mendapat serangan spiritual ini.

1. Hati yang ceria dan perilaku dermawan

2. Solat tahajud atau bangun di 1/3 malam

3. Puasa sunah

4.Puasa weton lahir, dlsb

Dalam tradisi jawa lebih unik lagi, yaitu tidur dilantai dengan membawa sapu lidi dan melakukan amalan puasa mutih, puasa ngebleng yang bagi orang awam dianggap berat.

 

Kesimpulan:


Santet adalah bagian dari energi negatif akan mudah sampai pada orang yang netral dan negatif pula. Karena sumbernya dari setan yang mengajak manusia putus asa pada rahmat Tuhan. Oleh sebab itu santet akan sulit menembus pada manusia yang hatinya gembira dan dermawan karena itu berenergi positif yang cenderung mendapat rahmat dari Allah. Ceria, tenang, damai adalah bentuk keimanan sesungguhnya karena percaya semua sudah ditakdirkan. Benteng spiritualitas ini yang terkuat, meski demikian karena sifat emosi manusia yang naik-turun sehingga masih bisa ditembus oleh bisikan setan, maka dari itu perlunya amal tambahan agar manusia istiqomah tidak hanya pada perasaannya tapi perilakunya juga.

 

Wallahualam bisshowab

 

Referensi:

Hops, 2023. Menakjubkan! Ternyata santet bisa dijelaskan melalui ilmu fisika kuantum, benarkah bukan hal ghaib?- https://www.hops.id/unik/29411107286/menakjubkan-ternyata-santet-bisa-dijelaskan-melalui-ilmu-fisika-kuantum-benarkah-bukan-hal-ghaib?page=2  Diakses pada tanggal 19 Mei 2024