My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Rabu, 28 Februari 2018

Apakah Globalisasi Beradab, Destruktif atau Lemah? Sebuah kritik terhadap lima perdebatan penting dalam literatur ilmu sosial


Ini adalah salah satu tugas resume mata kuliah media global dan jurnalisme yang diampu oleh Dr. Kuskridho Ambardi yang akrab dipanggil mas Dodi.



    Penulis memahami globalisasi sebagai sebuah proses yang menghasilkan interdependensi dan kesadaran bersama (refleksivitas) antar unit ekonomi, politik, dan sosial di dunia, dan di antara aktor pada umumnya. Penelitian teoritis dan empiris yang ada mengenai globalisasi disusun sekitar lima isu atau pertanyaan utama Apakah ini benar-benar terjadi? Apakah itu menghasilkan konvergensi? Apakah itu melemahkan otoritas negara-bangsa? Apakah globalitas berbeda dengan modernitas? Apakah budaya global dalam pembuatannya? Permohonan dibuat untuk sosiologi komparatif globalisasi yang sensitif terhadap variasi lokal dalam hubungan antara penyebab dan hasil globalisasi.
                Globalisasi sebagai peradaban diyakini oleh Harold Levitt (1983) atau Kenichi Ohmae's Borderless World (1990) menjanjikan kemujuran dan sukacita konsumen yang tak terbatas sebagai akibat globalisasi,  Berbeda dengan pandangan ini, sejarawan Paul Kennedy memperingatkan untuk Mempersiapkan Abad Dua Puluh Satu (1993) melawan dunia global, sementara ekonom politik Dani Rodrik membunyikan bel alarm yang sama di Has Globalization Gone Too Far? (1997) mengenai arus ekonomi dan keuangan internasional yang semakin bebas (lihat juga Gilpin 2000, Mittelman 2000). Seperti dalam pandangan peradaban, interpretasi destruktif menganggap globalisasi mengarah pada konvergensi, walaupun memprediksi lebih berbahaya daripada konsekuensi menguntungkan. Sedangkan, Paul Hirst dan Grahame Thompson dalam Globalisasi dalam Pertanyaan (1996), dan Robert Wade dalam "Globalisasi dan Batasnya" (1996), melihatnya sebagai Proses yang lemah yang belum menantang negara-bangsa dan ciri-ciri fundamental dunia modern lainnya.         
                Sosiologi telah berkontribusi pada perdebatan mengenai globalisasi dalam tiga hal penting. Pertama, para ahli teori sosial telah mengembangkan pemahaman tentang sifat dan implikasi eposal globalisasi. Meskipun tidak ada kesepakatan apakah globalisasi merupakan kelanjutan dari modernitas atau tidak, ada sebuah badan kerja baru yang menguraikan secara rinci apa perspektif dan masalah teoretis utama. Selain itu, sosiolog telah meminta perhatian pada aspek budaya, refleksif, dan estetika globalisasi disamping dimensi ekonomi dan politiknya. Kedua, ilmuwan masyarakat dunia telah mengembangkan pendekatan makrophenomenologis terhadap globalisasi dan negara-bangsa berdasarkan landasan teoretis institusional yang kuat, dan mereka mendukung pandangan mereka dengan bukti empiris sistematis yang mencakup seluruh dunia . Ketiga, sosiolog komparatif telah berteori tentang efek globalisasi terhadap perbedaan dan kesamaan lintas nasional. Mereka juga menawarkan bukti empiris dalam bentuk studi kasus kaya dan analisis kuantitatif. 

Berikut ini adalah jurnalnya : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar