My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Minggu, 13 Desember 2020

Membeli Usia Agar Lolos Dari Intaian Kematian Covid

 

Tulisan mengenai covid sudah banyak saya tulis terutama di blog Kompasiana berikut ini judul-judul beserta tautannya. 


Pemerintah Perlu Segera Siapkan Skenario Penanganan Covid


Terbalik


Pasien (Masyarakat) Bebal


Psikosomatis Covid-19 : Melindungi Kesehatan Mental Tak Kalah Pentingnya dengan Physical Distancing


Fakta Sila Kedua : Apakah Kurang Rasa Kemanusiaan?


Istimewanya Belahan Dunia Selatan Kebal Corona


BUkti Positive Thinking dan Positive Feeling menekan laju positif corona


Saatnya Lebih Agresif dalam Penangan Covid


Merayakan Lebaran dalam Kondisi New Normal


New Normal Menyentil Manusia


New Normal Bagi Koruptor


Alasan saya menulis lagi tentang covid karena prihatin semakin terbatasnya TPU khusus covid hingga membuat pemerintah daerah DKI Jakarta memperluas terus. Kasihan juga sama tukang gali kuburnya karena sehari mengubur jenazah 8-11 jasad. Walau ada kemungkinan kecurangan Rumah Sakit meng-covid-kan pasien yang meninggal normal. Tapi saya positive thinking aja. Klo iya, biar itu jadi urusan dia dan Tuhannya. Yang terpenting yang masih bisa untuk hidup lebih lama, kita perjuangkan dengan berbagai jalan yang halal.


Sebenarnya tulisan kali ini tidak terlalu berbeda jauh dengan sebelum2nya tapi saya lampirkan dalam bentuk cerita supaya lebih membumi dan mengena. Bahwa sepaten-patennya maut, ada kalanya flexible juga. Seperti apa gambaran membeli usia dalam pandangan Islam dan kejawen?


Gambar : Makam (sumber :99.co)



Berikut ini kisah Nabi Ibrahim dan Pemuda yang ditunda kematiannya

Suatu hari, Malaikat Kematian mendatangi Nabi Ibrahim, dan bertanya, “Siapa anak muda yang tadi mendatangimu wahai Ibrahim?”

“Yang anak muda tadi maksudnya?” tanya Ibrahim. “Itu sahabat sekaligus muridku.”

“Ada apa dia datang menemuimu?”

“Dia menyampaikan bahwa dia akan melangsungkan perkahwinannya esok pagi.”

“Wahai Ibrahim, sayang sekali, umur anak itu tidak akan sampai esok pagi.” Selesai berkata seperti itu, Malaikat Kematian pergi meninggalkan Nabi Ibrahim. Hampir saja Nabi Ibrahim tergerak untuk memberitahu anak muda tersebut, untuk menyegerakan perkawinannya malam ini, dan memberitahu tentang kematian anak muda itu besok. Tapi langkahnya terhenti. Nabi Ibrahim memilih kematian tetap menjadi rahasia Allah.

Esok paginya, Nabi Ibrahim ternyata melihat dan menyaksikan bahwa anak muda tersebut tetap boleh melangsungkan perkawinannya.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan, dan tahun berganti tahun, Nabi Ibrahim malah melihat anak muda ini panjang umurnya.

Hingga usia anak muda ini 70 tahun, Nabi Ibrahim bertanya kepada Malaikat Izrail, apakah dia berbohong tempoh hari sewaktu memberitakan bahwa anak muda itu umurnya tidak akan sampai besok pagi?

Malaikat Kematian menjawab bahawa dirinya memang akan mencabut nyawa anak muda tersebut, tapi Allah menahannya.

“Apa sebab yang membuat Allah menahan tanganmu untuk tidak mencabut nyawa anak muda tersebut, dulu?”

“Wahai Ibrahim, di malam menjelang perkawinannya, anak muda tersebut menyedekahkan separuh dari kekayaannya. Dan ini yang membuat Allah memutuskan untuk memanjangkan umur anak muda tersebut, hingga engkau masih melihatnya hidup.”

Kematian memang di tangan Allah. Justru itu, mempercepat dan melewat kematian adalah hak Allah. Dan Allah memberitahu pada Rasul-Nya, Muhammad bahwa sedekah itu dapat memanjangkan umur. Jadi, sesuatu yang dapat menunda kematian, itu adalah…sedekah.

 

             

   Sedekah hanyalah salah satu media (wasilah) menunda kematian. Walaupun diantara kalian sudah sedekah optimal tapi masih mati juga, ya minimal bekal akhirat yang lumayan, kan?? Hehe. Setidaknya dengan cerita ini bagi yang kemarin2 masih berat mengeluarkan jadi lebih semangat. Bagaimana kalau ada pertanyaan : Saya ingin membeli usia lebih lama dengan cara lain selain sedekah, ada gak ya? Kan saya makan aja susah malah perlu disedekahin. Kalau kamu makan susah tapi masih punya tanah, ya ga susah2 amatlah. Baiklah, ada cara lain  dan ini berdasarkan pengalaman dengan penyintas alias survivor takdir kematian. Tapi singkat aja, kalo panjang entar jadinya cerpan (cerita panjang). haha Ya mungkin boleh aku improve sendiri nanti dicritain lagi dengan cara yang seru.

 



Saat itu saya masih bekerja asal bisa gajian walau ga seberapa tapi hikmahnya terbekas sampai sekarang. Menjadi marketing door to door ke kantor mempertemukan saya dengan seorang ibu paruh baya panggil saja angel (Enjel) PNS namun punya bisnis garmen. Bukannya saya closing tapi dicritain ajaibnya ilmu kejawen. Awalnya cerita kalau sedang mengalami penipuan dari salah satu Bank dimana ada pinjaman oknum mengataskan namanya padahal dia ga nrima uangnya. Sampai seketika sampailah pada cerita inti yaitu saat dia masih muda pernah ditebak oleh orang pintar bahwa hidupnya ga akan lama lagi.

 

Menurut penuturan beliau, orang pintar (termasuk beberapa jenis kemampuan anak indihome) orang yang akan meninggal dapat terlihat dikeningnya yaitu tanda pekat/gelap/hitam/semacamnya). Orang pintar ini tiba2 dengan senang memberi tahu wejangan untuk melakukan tirakat puasa putih selama 40 hari mulai dari besok. Ya, males banget ya puasa 40 hari , putih lagi. Tapi karena bapak pintar ini serius, dia turuti.

 

Sampailah di hari ke 40 dia mau pulang ke kampung halamannya, disinilah seharusnya mautnya menjemput dengan bus yang ditumpangi. Selama dalam perjalanan hatinya tak tenang, ada teriakan untuk menyuruhnya turun. Tapi logika tidak mengizinkan. “Lo turun disini, kagak ada bus lagi.” Tapi teriakan itu malah makin kencang “TURUN SEKARANG!”. Kemudian Angel teriak “Pak Sopir saya turun". Berhentilah si sopir dan dia diturunkan. Tapi akal sehatnya kembali lagi, terus memanggil bus itu buat naik lagi. Labil banget kan? Si sopir Cuma geleng2. Namun ada perbedaan tempat duduk sekarang, ketika sebelumnya 2 baris dibelakang sopir, kini menjadi 2 baris dari dari belakang. Karena tempat duduknya telah ditempati mbak2 yang berjilbab.

 

Mbak2 ini menengok ke belakang dan dengan si enjel saling berpandang sebentar selama bus melaju. Beberapa detik sebelum peristiwa naas terjadi, Enjel melihat sopir dari kaca spion bayangannya mengerikan seperti ada luka diwajahnya namun dilihat lagi normal lagi. “BRAAAKKKK” Bus tabrakan dengan bus yang berlawanan arah, hingga sopir dan orang yang dibangku depannya Enjel tewas semua. Sedangkan Enjel mengalami sobek kulit pada bibir bawah hingga dagu. Bekas jahitannya masih nampak ditunjukkan padaku.

 

Apa hikmah dari cerita Enjel ini?



Ya! Puasa dapat menunda kematian. Berarti bu Enjel muda tukar posisi kematian dengan mbak2 berjilbab tadi. JIka berjilbab utamanya adalah melindungi dari mata liar lelaki dan hal yang berwujud fisik. Namun puasa bisa melindungi dari takdir buruk. Puasa tidak hanya pada level syariat namun tarekat, hakikat dan makrifat. Setidaknya itu hikmah yang bisa saya ambil. Yang berjilbab aja bisa ditukar mautnya dengan yang puasa, apa lagi yang kagak?? Siapapun bisa berjilbab walaupun untuk menutupi aibnya seperti para terpidana korupsi. Pas belum ketauan aja seksi, pas jadi tahanan pakai jilbab. Tapi puasa tidak semua sanggup terlebih diluar bulan ramadhan. Ya, kali ? ada orang pintar yang mau ngasih tau bakal mati dalam waktu dekat? Jadi bisa puasa 40 hari. ?

 

Apa ada lagi selain sedekah dan puasa? Saya pikir nomor satu adalah solat. Bagi sebagian orang menjalankan solat wajib saja merupakan hal yang berat, terlebih kehidupan di ibu kota. Tidak sedikit yang terpaksa meninggalkan solat, bukan? Bukan bermaksud menggurui. Terlepas dari itu semua, Semoga artikel ini bisa memberi hikmah juga bagi yang membacanya. Sukur2 bisa menunda kematian, kalaupun tidak, bisa menjadi bekal akhirat. Lebih baik mengira hidup akan singkat sehingga rajin ibadah, daripada mengira hidup lama padahal besok mati. Minimal tujuan saya meringankan tukang penggali kubur di TPU sekitaran DKI Jakarta. Bilamana banyak yang mengamalkan artikel saya jadi tertunda kematiannya.

Aaamiin...

Wallahu a’lam Bisshowab

 

BTW, untuk tindakan preventif saya sarankan adalah tibunnabawi. JIka terlanjur kena, treartment plasma darah dari penyintas covid itu katanya lebih efektif. Selain melaksanakan protokol kesehatan fisik dan mental.

Btw juga nanti artikel2 saya ini mau saya bukukan ajalah ya.. 

Kalo kalian baca seksama beberapa tulisan seperti ramalan (yang diantisipasi) kan? Apakah saya termasuk anak indihome? hmmm

hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar