My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Minggu, 09 November 2014

Karakter dalam Mahabharata (5)

Selanjutnya, Penokohan pada karakter-karakter yang paling penting di  Mahabharata yaitu Pandawa. Sekilas info, kisah Mahabharata terjadi 5000 tahun yang lalu, namun baru ditulis 2000 tahun kemudian oleh begawan Byasa yang diceritakan oleh dewa ilmu pengetahuan, Ganesha. Kisah ini dianggap nyata selain menyangkut kepercayaan agama Hindu, juga berdasar temuan tengkorak bekas terpancar sinar radioaktif di daerah Yang sekarang disebut Kurusetra tempat yang sama dengan Mahabharata untuk perang Bharatayudha. Daripada menimbulkan kontroversi, langsung saja ya..

Pandawa
Pandawa adalah sebutan bagi anak-anak Pandu baik yang dilahirkan dari Kunti maupun Madri. Mereka terdiri dari Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa.


Yudistira 
Saya hanya akan menerangkan sesuai pemahaman saya dari film maupun berbagai sumber yang pernah saya baca ya.. Yudistira dalam bahasa sansekerta berarti teguh atau kokoh dalam peperangan. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa. Yudhistira lahir dari Kunti yang menguasai mantra Adityahredaya. Ketika Pandu mengutarakan keinginannya untuk memiliki anak,  segera mewujudkan keinginan suaminya. Mantra tersebut adalah ilmu pemanggil dewa untuk mendapatkan putera. Dengan menggunakan mantra itu, Kunti berhasil mendatangkan Dewa Dharma dan mendapatkan anugerah putra darinya tanpa melalui persetubuhan. Putra pertama itu diberi nama Yudistira. Dengan demikian, Yudistira menjadi putra sulung Pandu, sebagai hasil pemberian Dharma, yaitu dewa keadilan dan kebijaksanaan.



Sejak kecil kebijaksanaan Yudistira sudah terlihat ketika membimbing keempat adiknya selepas meninggalnya Pandu, ayahnya. Dimana saat pembakaran jenazah, pamannya Widura mempersilakannya untuk menangis, namun ia  tetap tegar dengan beralasan bahwa bila ia menangis maka ia khawatir adik-adiknya akan hilang kepercayaan terhadapnya sebagai pemimpin, hal yang sama pula dicontoh oleh adik-adiknya. Disini menegaskan bahwa  masa kecilnya sudah bisa memberikan teladan dan berbakat menjadi raja.
Kebijaksanaan Yudistira terlihat pula ketika disuruh kakeknya Bisma harus makan satu meja bersama Kurawa. Bisma mensyaratkan bahwa siapapun boleh makan asal harus dengan tangan yang lurus tanpa membengkokkan siku masing-masing. Seketika baik pandawa maupun kurawa mencoba melakukan hal itu pada diri mereka sendiri, tapi gagal. Kegagalan ini tidak hanya Duryudana yang egois, tapi Arjuna yang cerdas juga melakukan kesalahan yang sama. Namun Yudistira tiba-tiba menyuapi Duryudana dengan tangannya tanpa membengkokkan sikunya. Hal yang serupapun ditiru oleh Pandawa yang lain meskipun Kurawa enggan melakukannya.

Yudistira penyabar dan pengendalian dirinya sangat kuat, terbukti ketika Kurawa mengerjai Pandawa dari kecil sampai dewasa ia yang selalu meredam emosi adiknya Bima yang tidak hanya sangat kuat tapi lumayan emosional. Namun akibat kerendahan hatinya pula itu sehingga selalu dimanfaatkan Kurawa untuk menzalimi keluarganya. Mulai dari harus meninggalkan Hastinapura, direbut istana Indraprasta sampai mempertaruhkan semua diri, saudara, dan istrinya dalam permainan dadu.
Saya paham tidak ada manusia yang sempurna, selalu ada saja cobaan yang menyesatkan bagi siapapun termasuk Yudistira. Dua hal kelemahan Yudistira diantara ribuan kebijaksanaannya menurut saya yaitu:
1.     Menanggapi taruhan Kurawa dalam permainan dadu.

Okelah setiap orang punya hobi, tapi anehnya orang sebijak Yudistira mau diajak bertaruh dengan saudara sepupunya Kurawa yang sudah diketahuinya licik (Ingat peristiwa Laksagraha (Rumah lilin) yang membuatnya terpaksa meninggalkan Hastina Pura). Mungkin disinilah Yudistira terbutakan oleh nafsu kesenangan sesaat sehingga ia tak berpikir panjang namun berakibat sangat fatal).

2.    Ketidakjujuran menjawab pertanyaan Druna

Tahukan siapa itu Druna? Ya, dia adalah guru perang dan ilmu umum bagi Pandawa dan Kurawa saat masih muda. Dari pertama kali perkenalan tentang dia saja sudah ditampakkan bahwa dia seorang yang sakti. Meski demikian cintanya pada anaknya yaitu Aswatama sangat besar, terlihat ketika ia diminta oleh Widura untuk mendidik para Pandawa dan Kurawa ia memberikan syarat anaknya diturutsertakan belajar bersama para pangeran. Otomatis anaknya Aswatama tumbuh dewasa bersama Pandawa-Kurawa, meski kenyataannya dia cenderung lebih dekat dengan Kurawa.



Nah, kecintaan berlebihan inilah yang dimanfaatkan Bima untuk membuat rumor menjatuhkan Druna.  Dimana Bima mengatakan Aswatama anak Druna telah mati. Namun, Druna tidak percaya maka dia mengkonfirmasikannya ke Yudistira karena terkenal dengan sifat kejujurannya. Dan setelah ditanya Yudistira membenarkan rumor yang didengar Druna bahwa Aswatama anaknya telah mati dimedan pertempuran.Padahal yang tewas bukan Aswatama anaknya melainkan seekor gajah yang bernama Aswatama. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan membunuh Druna sehingga memudahkan pertempuran.

Meskipun terkadang agak gemes juga karena Yudistira memiliki perasaan baik yang berlebihan sehingga membuat Kurawa semakin leluasa menzalimi Pandawa. Dalam salah satu sumber saya terpana dengan sifat bijaksana dan adil darinya. Terutama saat saya membaca tentang kisahnya dan saudara-saudaranya dalam peristiwa telaga beracun.

Pada suatu hari menjelang berakhirnya masa pembuangan, Yudistira dan keempat adiknya membantu seorang brahmana yang kehilangan peralatan upacaranya karena tersangkut pada tanduk seekor rusa liar. Dalam pengejaran terhadap rusa itu, kelima Pandawa merasa haus. Yudistira pun menyuruh Sadewa mencari air minum. Karena lama tidak kembali, Nakula disuruh menyusul, kemudian Arjuna, lalu akhirnya Bima menyusul pula. Yudistira semakin cemas karena keempat adiknya tidak ada yang kembali.
Yudistira kemudian berangkat menyusul Pandawa dan menjumpai mereka telah tewas di tepi sebuah telaga. Ada seekor bangau (baka) yang mengaku sebagai pemilik telaga itu. Ia menceritakan bahwa keempat Pandawa tewas keracunan air telaganya karena mereka menolak menjawab pertanyaan darinya. Sambil menahan haus, Yudistira mempersilakan Sang bangau untuk bertanya. Sang bangau lalu berubah wujud menjadi Yaksa. Satu per satu pertanyaan demi pertanyaan berhasil ia jawab. Inilah sebagian pertanyaan yang diajukan Yaksa pada Yudistira:
Yaksa: Apa yang lebih berat daripada Bumi, lebih luhur daripada langit, lebih cepat daripada angin dan lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami?
Yudhishthira: Sang Ibu lebih berat daripada Bumi, Sang Ayah lebih luhur daripada langit, Pikiran lebih cepat daripada angin dan kekhawatiran kita lebih berjumlah banyak daripada gundukan jerami.
Yaksa: Siapakah kawan dari seorang musafir? Siapakah kawan dari seorang pesakitan dan seorang sekarat?
Yudhishthira: Kawan dari seorang musafir adalah pendampingnya. Tabib adalah kawan seorang yang sakit dan kawan seorang sekarat adalah amal.
Yaksa: Hal apakah yang jika ditinggalkan membuat seseorang dicintai, bahagia dan kaya?
Yudhishthira: Keangkuhan, bila ditinggalkan membuat seseorang dicintai. Hasrat, bila ditinggalkan membuat seseorang kaya dan keserakahan, bila ditinggalkan membuat seseorang bahagia.
Yaksa: Musuh apakah yang tidak terlihat? Penyakit apa yang tidak bisa disembuhkan? Manusia macam apa yang mulia dan hina?
Yudhishthira: Kemarahan adalah musuh yang tidak terlihat. Ketidakpuasan adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Manusia mulia adalah yang mengharapkan kebaikan untuk semua makhluk dan Manusia hina adalah yang tidak mengenal pengampunan.
Yaksa: Siapakah yang benar-benar berbahagia? Apakah keajaiban terbesar? Apa jalannya? Dan apa beritanya?
Yudhishthira: Seorang yang tidak punya hutang adalah benar-benar berbahagia. Hari demi hari tak terhitung orang meninggal. Namun yang masih hidup berharap untuk hidup selamanya. Ya Tuhan, keajaiban apa yang lebih besar? Perbedaan pendapat membawa pada kesimpulan yang tidak pasti, Antara Śruti saling berbeda satu sama lain, bahkan tidak ada seorang Resi yang pemikirannya bisa diterima oleh semua. Kebenaran Dharma dan tugas, tersembunyi dalam gua-gua hati kita. Karena itu kesendirian adalah jalan dimana terdapat yang besar dan kecil. Dunia yang dipenuhi kebodohan ini layaknya sebuah wajan. Matahari adalah apinya, hari dan malam adalah bahan bakarnya. Bulan-bulan dan musim-musim merupakan sendok kayunya. Waktu adalah Koki yang memasak semua makhluk dalam wajan itu (dengan berbagai bantuan seperti itu). Inilah beritanya.
Akhirnya, Yaksa pun mengaku kalah, namun ia hanya sanggup menghidupkan satu orang saja. Dalam hal ini, Yudistira memilih Nakula untuk dihidupkan kembali. Yaksa heran karena Nakula adalah adik tiri, bukan adik kandung. Yudistira menjawab bahwa dirinya harus berlaku adil. Ayahnya, yaitu Pandu memiliki dua orang istri. Karena Yudistira lahir dari Kunti, maka yang dipilihnya untuk hidup kembali harus putra yang lahir dari Madri, yaitu Nakula. Yaksa terkesan pada keadilan Yudistira. Ia pun kembali ke wujud aslinya, yaitu Dewa Dharma. Kedatangannya dengan menyamar sebagai rusa liar dan yaksa adalah untuk memberikan ujian kepada para Pandawa. Berkat keadilan dan ketulusan Yudistira, maka tidak hanya Nakula yang dihidupkan kembali, melainkan juga Bima, Arjuna, dan Sadewa.
Yudistira memiliki istri yaitu Drupadi dan Dewika, dari Drupadi melahirkan Pratiwindya. Istri keduanya bernama Dewika, putri Gowasana dari suku Saibya, dan memiliki putra bernama Yodeya.

 Bima
Bima merupakan adik langsung dari Yudistira, dalam bahasa Sansekerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'.[2] Nama lainnya yaitu Wrekudara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang. Bima lahir dari Kunti atas restu dewa Bayu atau dewa angin. Dalam sinetronnya diceritakan setelah ia dilahirkan, tanpa sengaja dia dijatuhkan oleh ibunya dari pinggir tebing saat mendengar suara auman harimau. Namun, ternyata saat didatangi didasar jurang tidak ada sedikitpun luka yang tergores dari bayi ini.

Saat masa kecil Pandhawa, Bima sudah ditampakkan sebagai sosok yang usil dan suka makan. Bahkan pernah suatu kali jatah makan adik-adiknya dihabiskan karena masih merasa kurang. Bima bisa menghabiskan makanan sebanyak apapun kecuali setelah mendapat suapan dari ibunya Kunti, anehnya dia langsung kenyak seketika. Nafsu makan Bima yang cenderung bisa dikatakan rakus ini menjadi celah bagi Kurawa kecil terutama Duryudana untuk membunuhnya melalui makanan yang sudah dicampur dengan racun yang sangat ganas.  
Dari peristiwa ini Bima malah bisa memiliki kekuatan lebih dahsyat karena setelah ia diracun oleh Duryudana lalu dibuang ke sungai, Bima digigiti oleh pasukan ular penunggu sungai tersebut. Ajaibnya, bisa ular-ular itu malah menjadi penawar racun bagi Bima. Singkat cerita setelah digigiti ular beracun Bima membunuh ular-ular tersebut dan karena itulah sang raja ular mengundangnya sebagai tamu dan menjamunya dengan ramuan yang setiap mangkuknya akan memberikan kekuatan sebesar kekuatan 10 ekor gajah. Dan Bima menghabiskan 7 mangkuk ramuan yang artinya kekuatannya menjadi setara dengan 70 ekor gajah.

Meskipun disinetron ANTV, tidak diceritakan karena keterbatasan pemeran, namun dalam beberapa versi memiliki kekuatan yang dahsyat yaitu mampu menggendong ibunya dan keempat saudaranya. Peristiwa ini terjdi saat pembakaran Laksagraha atau rumah lilin yang dibakar oleh Duryudana untuk membunuh mereka. Oleh karena ibu dan keempat saudaranya sedang tidur maka digendonglah mereka Kunti digendong dipunggungnya, Yudistira dan Arjuna berada di lengannya, sedangkan Nakula dan Sadewa berada dipahanya untuk melarikan diri  dari terjangan api. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil.
Bima memiliki Istri yaitu Drupadi dan Hidimbi. Dari pernikahan dengan Drupadi dikaruniai putra... Dengan Hidimbi mereka punya anak bernama Gatotkaca yang dalam sejarah pewayangan Jawa menjadi tokoh idola dengan jargon Otot kawat tulang besi. Semua putra Bima harus gugur dalam pertempuran melawan Kurawa.

Bima merupakan musuh utama Duryudana dibanding dengan saudaranya yang lain,karena menurutnya Bima yang paling kuat diantara yang  lainnya. Bimapun bersumpah bahwa hanya dia yang akan membunuh Duryudana, hal ini selain karena sakit hatinya pada masa kecil atas peristiwa peracunan, juga karena penghinaan terhadap istrinya yang juga merupakan istri Pandawa, Drupadi. Atas perintah Duryudana kepada Dursasana untuk menelanjanginya didepan umum. Dalam perang Bharatayudha, Bima berkontribusi menyebarkan rumor tentang kematian Aswatama sehingga dengan mudah Druna dapat dikalahkan oleh pihak Pandawa. Akhirnya terpenuhilah sumpah Bima dengan menggunakan gada saktinya memukul paha  Duryudana sampai mati.



Arjuna 
Pandhawa yang ketiga ini merupakan anak kandung terakhir yang dilahirkan oleh Kunti. Arjuna terkenal dengan ketampanan, kecerdasan, kelembutannya. Arjuna berarti "bersinar terang", "putih" , "bersih". Dilihat dari maknanya, kata Arjuna bisa berarti "jujur di dalam wajah dan pikiran". Arjuna lahir atas anugrah dewa Indra, pemimpin para dewa. Arjuna adalah teman dekat Kresna, penjelmaan Dewa Wisnu. Hubungan antara Arjuna dan Kresna sangat erat, sehingga Arjuna meminta kesediaannya sebagai penasihat sekaligus kusir kereta Arjuna saat perang bharatayudha berkecamuk.

Sejak kecil dididik bersama saudaranya Pandhawa dan Kurawa, Arjuna memang sudah memiliki bakat yang luar biasa dalam memanah, dan bakat tersebut tidak yang menyamainya kecuali Karna. Dalam suatu ujian, Drona meletakkan burung kayu pada pohon, lalu menyuruh muridnya satu-persatu untuk membidik burung tersebut, kemudian menanyakan apa saja yang sudah mereka lihat. Banyak murid yang menjawab bahwa mereka melihat pohon, cabang, ranting, dan segala sesuatu yang dekat dengan burung tersebut, termasuk burung itu sendiri. Ketika tiba giliran Arjuna untuk membidik, Drona menanyakan apa yang dilihatnya. Arjuna menjawab bahwa ia hanya melihat burung saja, tidak melihat benda yang lainnya. Hal itu membuat Drona kagum dan meyakinkannya bahwa Arjuna sudah pintar.

Pada saat dewasa dalam pelariannya bersama ibu dan saudaranya Padhawa yang lain dari Laksagraha (rumah lilin) yang dibakar oleh Kurawa. Mereka semua terpaksa menyamar menjadi pendeta brahmana. Pada suatu ketika, sekelompok brahmana berkumpul di tempat para Pandawa melarikan diri. Mereka membicarakan sebuah sayembara yang akan diadakan di Kerajaan Panchala. Para Pandawa datang ke tempat sayembara dengan menyamar sebagai kaum brahmana. Raja Drupada dari Panchala mengadakan sayembara untuk mendapatkan Dropadi, putrinya. Sebuah ikan kayu diletakkan di atas kubah balairung, dan di bawahnya terdapat kolam yang memantulkan bayangan ikan yang berada di atas. Aturan menyebutkan bahwa siapa pun yang berhasil memanah ikan tersebut dengan hanya melihat pantulannya di kolam, maka ia berhak mendapatkan Dropadi.

Berbagai kesatria mencoba melakukannya, namun tidak berhasil. Ketika Karna yang hadir pada saat itu ikut mencoba, ia berhasil memanah ikan tersebut dengan baik. Namun ia ditolak oleh Dropadi dengan alasan Karna lahir di kasta rendah. Arjuna bersama saudaranya yang lain menyamar sebagai Brahmana, turut serta menghadiri sayembara tersebut. Arjuna berhasil memanah ikan tepat sasaran dengan hanya melihat pantulan bayangannya di kolam, dan ia berhak mendapatkan Dropadi. Ketika para Pandawa pulang membawa Dropadi, mereka mengaku telah membawa sedekah. Kunti—ibu para Pandawa—yang sedang sibuk, menyuruh mereka untuk membagi rata apa yang sudah mereka dapatkan.

Sempat shock, Arjuna mengalah hanya memberikan Drupadi untuk kakaknya saja Yudhistira. Namun, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kunti, maka dalam film diceritakan  Drupadi bersumpah menikahi semua Pandawa. Pandawa membuat kesepakatan dan berjanji tidak akan mengganggu Drupadi ketika sedang bermesraan di kamar bersama dengan salah satu dari Pandawa. Hukuman dari perbuatan yang mengganggu adalah pembuangan selama satu tahun.
Ternyata hal ini dengan sengaja dilanggar Arjuna demi keamanan Indraprastha kerajaan baru yang Pandawa bangun. Sehingga konsekuensinya adalah ia harus menjalani pembuangan selama setahun. Meski demikian, dalam pembuangan ini Arjuna  menjadi lebih “Wow”, ya maksudnya lebih mature, sakti, bijaksana, tampan, dan memiliki banyak isteri. Hehe. Dalam film emang yang diceritakan yang paling penting aja yaitu pernikahan dengan Subadra. Dan pernikahan yang lain Cuma disinggung sedikit seperti dengan Ulupi, putri Naga Korawya dari istana naga atau Nagaloka. Arjuna terpikat dengan kecantikan Ulupi lalu menikah dengannya. 

Dari hasil perkawinannya, ia dikaruniai seorang putra yang diberi nama Irawan. Citrānggadā memiliki seorang putra yang diberi nama Babruwahana. Oleh karena Arjuna terikat dengan janjinya terdahulu, maka ia meninggalkan Citrānggadā setelah tinggal selama beberapa bulan di Manipura. Ia tidak mengajak istrinya pergi ke Hastinapura. Mengapa pernikahan dengan Subadra ini penting karena dari Subadra-lah keturunan Padhawa yang masih bisa terselamatkan dari perang Bharatayudha yaitu anak Abimanyu atau cucu Arjuna yang bernama Parikesit bisa bertahta meneruskan kerajaan Hastinapura.




Diantara Pandhawa memang Arjuna yang paling prihatin. Maksudnya dia bisa menahan kantuk dan lapar sampai berhari-hari untuk suatu alasan yang penting. Dan kuat bertapa paling lama sehingga dikasihi para dewa, berkat keprihatinannya ini, Arjuna dianugrahi banyak senjata sakti serta 7 istri dinirwana (bidadari) dan 7 isteri dibumi serta bonus isteri yang lain, hehe .

Arjuna mempunyai banyak sekali istri,itu semua sebagai simbol penghargaan atas jasanya ataupun atas keuletannya yang selalu berguru kepada banyak pertapa. Berikut sebagian kecil istri dan anak-anaknya:
1.    Dewi Subadra, berputra Raden Abimanyu
2.   Dewi Sulastri, berputra Raden Sumitra
3.   Dewi Larasati, berputra Raden Bratalaras
4.   Dewi Ulupi atau Palupi, berputra Bambang Irawan
5.   Dewi Jimambang, berputra Kumaladewa dan Kumalasakti
6.   Dewi Ratri, berputra Bambang Wijanarka
7.   Dewi Dresanala, berputra Raden Wisanggeni
8.   Dewi Wilutama, berputra Bambang Wilugangga
9.   Dewi Manuhara, berputra Endang Pregiwa dan Endang Pregiwati
10. Dewi Supraba, berputra Raden Prabakusuma
11. Dewi Antakawulan, berputra Bambang Antakadewa
12. Dewi Juwitaningrat, berputra Bambang Sumbada
13. Dewi Maheswara
14. Dewi Retno Kasimpar
15. Dewi Dyah Sarimaya
Konon malah ada yang mengatakan Arjuna memiliki sebanyak 41 isteri.  bukan berarti dia seorang playboy, tapi karena pesonanya yang terlalu besar dan sifatnya yang lemah lembut  sehingga membuat  para putri merasa terhormat dipersuntingnya. Maklum 5000 tahun yang lalu belum ada kesetaraan jender,hehe. Ya, saya rasa ini berkah dari keprihatinannya dimasa muda. Pantaslah tidak semua orang bisa melakukannya. Ya, begitu katanya..

Dalam perang Bharatayudha, Arjuna yang paling berhasil membuat pertahanan Kurawa runtuh karena berhasil membunuh 2 orang terkuat yaitu Bhisma atas bantuan Srikandhi dan Karna atas bantuan Dewa Indra dan Krisna. Nah, pemeran Arjunapun juga begitu tampa sampai punya acara reality show di Indonesia. Tapi menurut saya pribadi, saya masih suka dengan pemeran Bisma karena muka bijaksananya dan pengaruh karakter yang diperankannya yaitu setia pada sumpah. Entah aslinya apa bener2 setia juga? Agak kecewa karena tidak ikut roadshow di Indonesia, maklum soalnya beda angkatan dengan Pandhawa ya.. Anyway, tetep apreciate sama ANTV. 

Oke, sementara 3 pandhawa dulu, 2 Pandhawa yang lain akan saya teruskan dilain kesempatan yang semoga nggak terlalu jauh dibandingkan sebelumnya, hehe

2 komentar: