My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Kamis, 27 Agustus 2020

ENERGI KEBAIKAN UNTUK SINERGI INDONESIA LEBIH BAIK


Energi sumber daya alam merupakan modal bagi kemajuan bangsa Indonesia. Pengelolaan energyisumber daya alam yang optimal dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia. Contohnya sumber daya energy listrik yang merupakan sumber penerangan, dengan listrik anak-anak Indonesia dapat belajar dimalam hari karena memanfaatkan lampu penerangan. hingga April 2020, rasio elektrifikasi nasional mencapai 98,93 persen. Pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi sentuh 99,99 persen di akhir tahun ini. Meski elektrifikasi secara nasional nyaris 100% , namun negara masih memiliki PR untuk kemerataan energy di Indonesia. Seperti apakah gambaran energi listrik dan internet di Indonesia dan masalah yang sedang dihadapi?

Sumber : https://www.theweek.in/news/biz-tech/2020/02/01/
budget-allocates-rs-22000-crore-for-power-renewable-energy-sector.html

Indonesia digadang-gadang menjadi negara maju pada usia kemerdekaannya 100 tahun yaitu tahun 2045. Hal ini berdasarkan proyeksi bahwa akan terjadi bonus demografi atau tingginya jumlah manusia- manusia usia produktif pada periode tahun tersebut. Hal ini masih prediksi, artinya bisa berhasil namun juga bisa saja gagal. Tergantung bagaimana negara mempersiapkan peluang tersebut. Karena tidak akan berarti apa-apa tingginya jumlah manusia-manusia muda tapi hanya menjadi beban negara seperti pengangguran, kurangnya kemandirian, rendahnya kualitas intelektual, kemiskinan, dan minimnya keterampilan dan penguasaan teknologi. Tentu saja jaringan pengaman sosial tidak bisa diterapkan terus menerus melalui modal pinjaman asing, yang ada dalam kurun waktu tertentu Indonesia dapat dijajah kembali jika masih dihadapkan pada SDM-SDM yang rendah seperti ini.
            
Kemerataan energi internet perlu menjadi target berikutnya setelah elektrifikasi nasional. Selain karena akibat dari pandemi covid-19 yang memaksa para pelajar harus menjalani belajar mengajar jarak jauh, dengan mudahnya akses informasi dunia luar dapat menjadi pendamping pendidik untuk menumbuhkan inisiatif dari informasi yang ditemukan dari dunia maya. Meskipun tidak selalu berdampak positif, pengelolaan internet yang bijaksana dapat memunculkan jawara-jawara anak muda yang dapat berkontribusi untuk negara melalui inisiasinya. Contoh riil adalah menteri Nadiem Makarim yang melalui inovasi Gojeknya mampu menciptakan banyak lapangan kerja dan mendatangkan investor besar sehingga perusahaan yang diinisiasinya kini menjadi unicorn kelas dunia. Tidak menutup kemungkinan akan muncul Nadiem-Nadiem yang lain saat negara mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan berkembang kaum mudanya.

Masalah Energi yang Dihadapi Indonesia
           
Perlu waktu setidaknya 75 tahun bagi Indonesia untuk mewujudkan listrik yang merata di Indonesia. Mungkin juga akan perlu waktu yang lama untuk mewujudkan kemerataan internet di seluruh Indonesia bila masih menggunakan cara yang sama. Itu sebabnya cara baru dan berbeda harus ditempuh untuk meningkatkan efisiensi energi. Terlebih hingga kini perusahaan penyedia energi masih terus merugi dan perlu disubsidi. Maka perlu diurai apa masalah energi yang sedang kita hadapi.

Sumber : https://www.dena.de/newsroom/veranstaltungen/
a-global-perspective-on-electricity-ancillary-services/?type=90

Sampai saat ini, kontribusi produksi listrik dari Pembangkit Batubara masih terlalu besar, yakni sebesar 61% meningkat dari tahun 2018 yang sebelumnya 48% dari total produksi listrik nasional. Meski demikian, PLN mengklaim berkomitmen akan mengurangi konsumsi BBM untuk pembangkit dan menggantinya dengan biofuel. Porsi pembangkit linstrik yang sebelumnya juga menggunakan BBM, kini tinggal tersisa 4.3% dibanding tahun-tahun sebelumnya . Sementara itu, sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) pada tahun 2019 masih sekitar 12% berasal dari pembangkit listrik terbarukan sebesar 6.370 MW yang terdiri atas PLTS, PLTA, PLTMH, PLTBio, dan PLTP.(Zuhri, 2018; Banjarnahor, 2019)

 Dengan peningkatan prosentase tersebut menunjukkan bahwa PLTU masih jadi andalan elektrifikasi nasional. Meskipun  sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) telah digarap, namun belum terlalu optimal. hingga saat ini total pemanfaatan energi terbarukan hanya 2.3%  dari potensi yang ada menurun drastis dari tahun sebelumnya. Padahal, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan hingga 442 gigawatt (GW), atau sekitar tujuh kali lipat dari kapasitas listrik yang telah terpasang di Indonesia. Menurut paparan Adila Isfandiari, peneliti Iklim dan Energi Greenpeace Indonesia, Pemerintah Indonesia menggunakan skema "take or pay" dalam Perjanjian Jual Beli Listrik. Jadi, hingga saat ini listrik di Indonesia disediakan oleh pihak swasta. Padahal nilai investasi energi surya per megawatt (MW) pada 2021 akan lebih murah dibanding investasi pembangunan PLTU baru. Tidak hanya itu, pada 2030 nanti, membangun pembangkit listrik tenaga surya akan lebih murah daripada mengoperasikan PLTU yang sudah ada. (Kompas, 2020).
            
Indonesia perlu belajar dari Vietnam, pemanfaatan energi terbarukan berhasil dicapai oleh negara ini. Dalam dua tahun terakhir, Vietnam berhasil meningkatkan energi dari 134 MW menjadi 5.5 GW dengan memanfaatkan tenaga surya. Angka ini mencakup 44 persen dari total energi yang dimiliki Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia, pemanfaatan tenaga surya dan angin masih sangat minim. Padahal, beberapa wilayah di Indonesia memiliki potensi energi angin yang cukup besar. Khususnya di bagian selatan Sumatra dan beberapa wilayah di Pulau Jawa. Pemerintah harus segera melakukan transisi energi, karena banyak kerugian yang akan didapat jika kita terus bergantung pada PLTU batubara. Jika tidak demikian kerugian PLN akan terus menggerus APBN yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk hal yang kain seperti pemerataan internet di seluruh penjuru Indonesia.


Empati Energi Masyarakat Urban
            
Energi kebaikan tidak cukup datang pemerintah saja, melainkan juga masyarakat urban yang dari bayi terbiasa dimanja dengan pasokan listrik tanpa batas. Masyarakat urban dalam hal ini adalah masyarakat yang tinggal di pulau Jawa, Sumatra, dan Bali dengan lebih spesifiknya yang hidup dikota besar atau ibu kota setempat. Keterbiasaan mendapat fasilitas lengkap mengurangi rasa empati bagi beberapa saudara di beberapa belahan Indonesia. Kita sebagai masyarakat urban sering kali tidak menyadari bahwa masih ada energi listrik yang terpakai dari alat-alat elektronik yang dibiarkan dalam keadaan standby dan tidak digunakan (vampir listrik).

Sumber : https://gaya.tempo.co/read/607750/taati-aturan-silakan-nikmati-clubbing-di-sini

Banyak energi listrik terbuang karena penggunaan yang tidak bijak. Sebagai gambaran, data dari Biro Hukum dan Humas Kementerian ESDM dan Tim Komuninasi Pemerintah Kemkominfo menyebutkan bahwa notebook yang dibiarkan dalam keadaan standby masih mengkonsumsi 50 watt listrik. Begitu pula dengan pemutar DVD yang mengkonsumsi 10.58 watt, oven sebesar 4.9 watt, layar komputer sebesar 3.5 watt, printer sebesar 4 watt, alat fax sebesar 8.71 watt serta charger telepon genggam sebesar 1 watt. Rata-rata kita membiarkan 83 watt listrik terbuang per jam nya. 83 watt tersebut bisa digunakan untuk menyalakan 11 lampu LED selama 1 jam. Bayangkan dampak positif nya jika lampu LED ini dinyalakan di daerah terpencil di Indonesia. Manfaat baik listrik harus terus kita tingkatkan, agar Negara kita Indonesia bisa mewujudkan kemandirian energi.


Kemandirian Energi Cikal Bakal Kemandirian Bangsa

Sumber : https://www.jawapos.com/photo/ceria-bermain-bendera/

Sejak merdeka sampai hari ini Indonesia dapat dikatakan belum mandiri. Dari sisi produksi teknologi misalnya, pencapaian tertinggi adalah pembuatan pesawat N250 karya mantan Presiden BJ Habibie. Sebelum mampu diproduksi massal tahun 1998 terpaksa harus mengubur harapan karena anggaran harus terserap untuk mengatasi krisis ekonomi. Tak hanya itu, kegagalan mobil Timor dan Esemka memperpanjang daftar kegagalan Indonesia untuk mandiri dalam bidang teknologi transportasi massal. Selain dalam bidang teknologi yang rata-rata harus impor, dari sisi manufaktur 70% bahan baku juga belum mampu menyediakan sendiri karena harus impor dari luar negeri. Demikian pula dari sisi investasi, prosentase terbesar juga masih bergantung investasi asing. Jika hal ini tidak dilihat sebagai masalah, maka masalah pengangguran dan kriminal akan sulit ditekan. 
Meskipun kemandirian bangsa dipengaruhi oleh berbagai faktor, namun kemandirian energi bisa dikatakan salah satu faktor utama. Selama ini energi listrik Indonesia dapat dikatakan tidak stabil untuk beberapa daerah terpencil yaitu lebih sering pemadaman mendadak, tidak sama dengan masyarakat urban. Energi listrik juga dapat dikatakan mahal baik dari pengelolaannya maupun sampai pada rumah konsumen. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan lama tanpa perubahan. Karena bagaimanapun ketersediaan energi yang murah adalah prasyarat untuk meningkatkan segala bidang kehidupan. Misalnya bidang kehidupan yang vital yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.

Kemandirian energi dapat terwujud bilamana terdapat sinergi diberbagai elemen negara baik pemerintah, swasta, ilmuwan, media, masyarakat desa dan kota, LSM, investor dan sebagainya. Semua elemen atau stake holder yang terlibat harus berorientasi memikirkan negara atau berperan sebagai negarawan  tanpa mementingkan kepentingan pribadi maupun golongan tertentu. Oleh sebab itu, perlu energi kebaikan sejati diluar niat keuntungan materi agar dapat meningkatkan derajat tak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bangsa dan negeri.
               
Indonesia harus dilatih mandiri dan tidak manja termasuk pada pasokan energi. Belajar menghematnya, belajar meperbaruinya agar tercipta efisiensi. Kepekaan terhadap saudara yang lebih membutuhkan juga berkontribusi besar dalam mengurangi kesenjangan sosial ekonomi dan membendung urbanisasi yang selama ini selalu meningkat. Dengan terwujudnya kemandirian energi dipelosok negeri, dan murahnya energi untuk diakses semua elemen bangsa ini, maka energi yang lebih besar dari masing-masing insan Indonesia yaitu kekuatan niat mengmbangkan diri mampu diakomodir dengan terciptanya pembangunan kesehatan, pendidikan, dan  ekonomi secara murah, merata, dan menyeluruh. Dengan energi kebaikan dari hati, kita wujudkan Indonesia yang lebih baik.





Referensi :

Akhmad Ali, 2020. Semester I 2020, PLN: Rasio Elektrifikasi Nasional Capai 99,09             Persen https://bisnis.tempo.co/read/1376781/semester-i-2020-pln-rasio-elektrifikasi-nasional-capai-   9909-persen / Diakses pada  17 Agustus 2020 

Biro Hukum dan Humas Kementerian ESDM dan Tim Komunikasi Pemerintah Kemkominfo,      2016. Listrik Baik untuk Indonesia Mandiri Energi. https://www.esdm.go.id/id/media-            center/arsip-berita/listrik-baik-untuk-indonesia-mandiri-energi / Diakses pada 28 Agustus             2020

Banjarnahor Donald, 2019. Dari 58 Ribu MW, 61% Pembangkit Listrik RI Masih Batu Bara.       https://www.cnbcindonesia.com/news/20190923114710-4-101382/dari-58-ribu-mw-61-          pembangkit-listrik-ri-masih-batu-bara / Diakses pada 20 Agustus 2020

Zuhri Saepudin, 2018. Inilah Kondisi Kelistrikan di Indonesia Saat             Ini. https://ekonomi.bisnis.com/read/20180130/44/731989/inilah-kondisi-kelistrikan-di-      indonesia- saat-ini- / Diakses pada 27 Agustus 2020


Tidak ada komentar:

Posting Komentar