Apa yang kita lihat dengan mata fisik seringkali hanyalah ilusi. Kita mungkin menganggap pria tampan atau wanita cantik itu menarik, sehingga muncul keinginan untuk dekat atau memilikinya. Namun, apakah pesona itu benar-benar berasal dari fisik semata? Chopra (1994) menekankan bahwa daya tarik sejati berasal dari energi yang terpancar, bukan sekadar bentuk fisik.
![]() |
| Ilusi Kecantikan yang relatif |
Manusia
yang tampak “indah” di dunia nyata sebenarnya memiliki energi tinggi
yang termanifestasi sementara dalam wujud fisik—cantik atau tampan. Dengan kata
lain, orang-orang di sekitar mereka tidak benar-benar tertarik pada penampilan,
melainkan pada energi yang mereka pancarkan (Tolle, 1997).
Manusia
yang tampak “indah” di dunia nyata sebenarnya memiliki energi tinggi yang
termanifestasi sementara dalam wujud fisik cantik atau tampan. Dengan kata
lain, orang-orang di sekitar mereka tidak benar-benar tertarik pada penampilan,
melainkan pada energi yang mereka pancarkan. Menurut Eckhart Tolle (The Power
of Now, 1997), daya tarik sejati berasal dari kehadiran dan kesadaran saat ini;
individu yang tersambung dengan energi batin mereka memancarkan aura
tertentu ketenangan, vitalitas, dan kebahagiaan yang membuat orang lain merasa
tertarik. Sehingga, pesona fisik hanyalah manifestasi sementara dari energi
internal ini, dan ketika energi menurun karena stres, emosi negatif, atau
kehilangan kesadaran, daya tarik fisik pun bisa memudar.
Ilustrasi Energi yang
Memudar atau Menguat
- Energi
tinggi yang memudar seiring masalah atau perilaku negatif
Pernahkah
melihat pria yang tampan saat kuliah namun kehilangan pesonanya seiring
bertambah usia? Perbedaan sepuluh tahun tampak kecil, tetapi energi yang dulu
bersinar mungkin memudar karena kebiasaan negatif, stres pekerjaan, manipulasi,
atau konsumsi makanan rendah energi. Wayne Dyer (2009) menekankan bahwa pola
pikir, stres, dan emosi negatif dapat menurunkan vibrasi energi seseorang.
Teori yang
dikemukakan Wayne Dyer (2009) terkait pola pikir, stres, dan emosi negatif
sebenarnya berasal dari konsep vibrational energy atau getaran energi
manusia dalam psikologi spiritual dan self-help. Inti teorinya adalah:
a. Emosi
dan pola pikir menentukan vibrasi energi
Dyer menjelaskan bahwa setiap emosi, pikiran, atau keyakinan memancarkan
“getaran” tertentu. Emosi positif seperti cinta, syukur, dan kebahagiaan
meningkatkan energi seseorang, sedangkan emosi negatif seperti stres, kemarahan, iri,
takut menurunkan energi atau vibrasi tubuh.
b. Energi
rendah memengaruhi penampilan dan daya Tarik
Menurut Dyer, energi rendah akibat stres atau emosi negatif tidak hanya
berdampak pada kesehatan mental dan fisik, tetapi juga memengaruhi “aura” atau
daya tarik seseorang. Orang dengan vibrasi tinggi cenderung memancarkan pesona
alami, sedangkan vibrasi rendah membuat seseorang tampak lesu, kusam, atau
kehilangan magnetisme.
c. Kesadaran
diri dan pengelolaan emosi sebagai kunci
Teori Dyer menekankan bahwa
manusia bisa meningkatkan energi mereka dengan menyadari pola pikir negatif, melepaskan
stres, dan mengganti emosi rendah dengan positif. Proses ini mirip dengan
“meningkatkan frekuensi energi” untuk menarik hal-hal baik dalam hidup.
Sebaliknya,
ada pria yang justru terlihat lebih menarik seiring bertambah usia, bahkan di
usia 50-an terlihat seperti 30-an. Faktor positif seperti pola hidup sehat,
ketenangan pikiran, atau menikah dengan pasangan yang tepat bisa menjaga atau
bahkan meningkatkan energi mereka. Fenomena yang sama berlaku pada perempuan:
ada yang tampak cantik sebelum menikah namun kehilangan pesona setelah menikah
karena energi mereka terserap atau “terganggu” oleh pasangan yang kurang
mendukung (Chopra, 1994).
- Energi
tinggi bawaan lahir kerap menjadi incaran pihak tak terlihat
Dalam budaya populer, misalnya aktor atau aktris drama Tiongkok, tampak bahwa yang dipilih sebagai bintang biasanya memiliki pesona alami yang kuat. Fenomena ini bisa dijelaskan dari sudut pandang energi: orang-orang dengan energi tinggi cenderung lebih mudah dicintai dan disukai banyak orang (Tolle, 1997). Namun, jika mereka tidak sadar akan energi ini, mereka bisa menjadi target “pencuri energi” atau pihak yang ingin memanfaatkan kekuatan mereka, baik secara metaforis maupun literal.
Banyak
tradisi spiritual bahkan menekankan pemilihan korban atau “tumbal” dari orang
yang masih murni secara energi—misalnya anak-anak atau individu yang energinya
belum tercemar nafsu, kesedihan, atau ketidakpuasan hidup (Chopra, 1994).
Dalam
tradisi spiritual tertentu, terdapat pandangan bahwa individu yang masih murni
secara energi seperti anak-anak atau mereka yang belum terkontaminasi oleh
nafsu, kesedihan, atau ketidakpuasan hidup memiliki energi yang lebih tinggi
dan lebih murni. Pandangan ini sering kali dikaitkan dengan konsep-konsep dalam
ajaran Tantra, khususnya dalam tradisi Kaula. Dalam tradisi ini, terdapat
pemahaman bahwa kemurnian energi seseorang dapat memengaruhi kualitas
spiritualitas dan potensi transformasi mereka.
Namun,
penting untuk dicatat bahwa pandangan ini tidak selalu diterima secara
universal dalam semua tradisi spiritual. Beberapa ajaran menekankan pentingnya
pemurnian diri melalui praktik spiritual dan kesadaran diri, tanpa harus
mengaitkannya dengan konsep tumbal atau pengorbanan. Misalnya, Deepak Chopra
dalam bukunya The Seven Spiritual Laws of Success menekankan pentingnya
memahami hukum-hukum spiritual untuk mencapai kesuksesan pribadi, namun tidak
secara eksplisit membahas konsep tumbal dalam konteks energi spiritual.
Berikut adalah tujuh hukum
spiritual menurut Deepak Chopra dalam bukunya The Seven Spiritual Laws of
Success (1994):
- Hukum Potensialitas
Murni
Semua ciptaan berasal dari kesadaran murni. Dengan berdiam diri, bermeditasi, dan tidak menghakimi, kita dapat menyatu dengan potensi tak terbatas ini. - Hukum Pemberian
Semesta beroperasi melalui pertukaran dinamis. Memberi dan menerima adalah dua aspek dari aliran energi. Dengan memberi apa yang kita inginkan, kita menjaga kelimpahan semesta dalam hidup kita. - Hukum Karma (Sebab dan
Akibat)
Setiap tindakan menghasilkan energi yang kembali kepada kita. Memilih tindakan yang membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi orang lain memastikan aliran kebahagiaan dan kesuksesan kepada kita. - Hukum Upaya Minimal
Kecerdasan alam berfungsi tanpa usaha. Dengan menerima orang, situasi, dan peristiwa sebagaimana adanya, kita menciptakan kesuksesan dan keberuntungan. - Hukum Niat dan
Keinginan
Setiap niat dan keinginan mengandung mekanisme untuk pemenuhannya. Dengan membuat daftar keinginan dan mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi dengan alasan, kita membuka diri terhadap pemenuhan keinginan tersebut. - Hukum Melepaskan
Memberi kebebasan kepada diri sendiri dan orang lain untuk menjadi siapa adanya. Tidak memaksakan solusi—membiarkan solusi muncul secara spontan. Ketidakpastian adalah esensial dan jalan menuju kebebasan. - Hukum Dharma (Tujuan
Hidup)
Setiap individu memiliki tujuan hidup unik. Dengan menemukan bakat unik kita dan menggunakannya untuk melayani umat manusia, kita mengalami kebahagiaan dan kelimpahan yang tak terbatas.
Chopra
menekankan bahwa dengan memahami dan menerapkan hukum-hukum ini dalam kehidupan
kita, kita dapat menciptakan apa pun yang kita inginkan, karena hukum-hukum
yang sama yang digunakan alam untuk menciptakan hutan, bintang, atau tubuh
manusia juga dapat membawa pemenuhan keinginan terdalam kita. Media modern pun
sering memanipulasi manusia agar terus terjerat dalam konsumsi berlebihan,
pornografi, atau hawa nafsu berlebih, sehingga energi murni perlahan menurun
(Dyer, 2009).
Pesan
Reflektif
Kesadaran
tentang energi dalam tubuh kita bukan hanya soal metafisika, tapi juga bisa
mengubah cara kita memandang dunia. Pesona fisik hanyalah manifestasi sementara
dari energi yang lebih dalam. Ketika manusia mulai sadar akan energi yang
dimiliki, mereka dapat menjaga diri, meningkatkan kualitas hidup, dan
memengaruhi dunia di sekitar mereka secara lebih positif.
Ilusi pesona hanyalah
permukaan; energi sejati lah yang memikat hati dan jiwa.
Novy Khayra
Referensi:
- Chopra, Deepak. The Seven Spiritual Laws of
Success. Bantam, 1994.
- Dyer, Wayne. Excuses Begone! Hay House,
2009.
- Tolle, Eckhart. The Power of Now. New
World Library, 1997.




Tidak ada komentar:
Posting Komentar