My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Selasa, 28 Oktober 2025

Di Balik Pesona: Ketika Cantik dan Tampan Hanyalah Ilusi

        Apa yang kita lihat dengan mata fisik seringkali hanyalah ilusi. Kita mungkin menganggap pria tampan atau wanita cantik itu menarik, sehingga muncul keinginan untuk dekat atau memilikinya. Namun, apakah pesona itu benar-benar berasal dari fisik semata? Chopra (1994) menekankan bahwa daya tarik sejati berasal dari energi yang terpancar, bukan sekadar bentuk fisik.

Ilusi Kecantikan yang relatif


Manusia yang tampak “indah” di dunia nyata sebenarnya memiliki energi tinggi yang termanifestasi sementara dalam wujud fisik—cantik atau tampan. Dengan kata lain, orang-orang di sekitar mereka tidak benar-benar tertarik pada penampilan, melainkan pada energi yang mereka pancarkan (Tolle, 1997).

Manusia yang tampak “indah” di dunia nyata sebenarnya memiliki energi tinggi yang termanifestasi sementara dalam wujud fisik  cantik atau tampan. Dengan kata lain, orang-orang di sekitar mereka tidak benar-benar tertarik pada penampilan, melainkan pada energi yang mereka pancarkan. Menurut Eckhart Tolle (The Power of Now, 1997), daya tarik sejati berasal dari kehadiran dan kesadaran saat ini; individu yang tersambung dengan energi batin mereka memancarkan aura tertentu ketenangan, vitalitas, dan kebahagiaan yang membuat orang lain merasa tertarik. Sehingga, pesona fisik hanyalah manifestasi sementara dari energi internal ini, dan ketika energi menurun karena stres, emosi negatif, atau kehilangan kesadaran, daya tarik fisik pun bisa memudar.

Ilustrasi Energi yang Memudar atau Menguat

  1. Energi tinggi yang memudar seiring masalah atau perilaku negatif

Pernahkah melihat pria yang tampan saat kuliah namun kehilangan pesonanya seiring bertambah usia? Perbedaan sepuluh tahun tampak kecil, tetapi energi yang dulu bersinar mungkin memudar karena kebiasaan negatif, stres pekerjaan, manipulasi, atau konsumsi makanan rendah energi. Wayne Dyer (2009) menekankan bahwa pola pikir, stres, dan emosi negatif dapat menurunkan vibrasi energi seseorang.

Teori yang dikemukakan Wayne Dyer (2009) terkait pola pikir, stres, dan emosi negatif sebenarnya berasal dari konsep vibrational energy atau getaran energi manusia dalam psikologi spiritual dan self-help. Inti teorinya adalah:

a.      Emosi dan pola pikir menentukan vibrasi energi


Dyer menjelaskan bahwa setiap emosi, pikiran, atau keyakinan memancarkan “getaran” tertentu. Emosi positif seperti cinta, syukur, dan kebahagiaan meningkatkan energi seseorang, sedangkan emosi negatif seperti stres, kemarahan, iri, takut menurunkan energi atau vibrasi tubuh.

b.     Energi rendah memengaruhi penampilan dan daya Tarik


Menurut Dyer, energi rendah akibat stres atau emosi negatif tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan fisik, tetapi juga memengaruhi “aura” atau daya tarik seseorang. Orang dengan vibrasi tinggi cenderung memancarkan pesona alami, sedangkan vibrasi rendah membuat seseorang tampak lesu, kusam, atau kehilangan magnetisme.

c.      Kesadaran diri dan pengelolaan emosi sebagai kunci

Teori Dyer menekankan bahwa manusia bisa meningkatkan energi mereka dengan menyadari pola pikir negatif, melepaskan stres, dan mengganti emosi rendah dengan positif. Proses ini mirip dengan “meningkatkan frekuensi energi” untuk menarik hal-hal baik dalam hidup.

Sebaliknya, ada pria yang justru terlihat lebih menarik seiring bertambah usia, bahkan di usia 50-an terlihat seperti 30-an. Faktor positif seperti pola hidup sehat, ketenangan pikiran, atau menikah dengan pasangan yang tepat bisa menjaga atau bahkan meningkatkan energi mereka. Fenomena yang sama berlaku pada perempuan: ada yang tampak cantik sebelum menikah namun kehilangan pesona setelah menikah karena energi mereka terserap atau “terganggu” oleh pasangan yang kurang mendukung (Chopra, 1994).

  1. Energi tinggi bawaan lahir kerap menjadi incaran pihak tak terlihat
    Dalam budaya populer, misalnya aktor atau aktris drama Tiongkok, tampak bahwa yang dipilih sebagai bintang biasanya memiliki pesona alami yang kuat. Fenomena ini bisa dijelaskan dari sudut pandang energi: orang-orang dengan energi tinggi cenderung lebih mudah dicintai dan disukai banyak orang (Tolle, 1997). Namun, jika mereka tidak sadar akan energi ini, mereka bisa menjadi target “pencuri energi” atau pihak yang ingin memanfaatkan kekuatan mereka, baik secara metaforis maupun literal.

Banyak tradisi spiritual bahkan menekankan pemilihan korban atau “tumbal” dari orang yang masih murni secara energi—misalnya anak-anak atau individu yang energinya belum tercemar nafsu, kesedihan, atau ketidakpuasan hidup (Chopra, 1994).

Dalam tradisi spiritual tertentu, terdapat pandangan bahwa individu yang masih murni secara energi seperti anak-anak atau mereka yang belum terkontaminasi oleh nafsu, kesedihan, atau ketidakpuasan hidup memiliki energi yang lebih tinggi dan lebih murni. Pandangan ini sering kali dikaitkan dengan konsep-konsep dalam ajaran Tantra, khususnya dalam tradisi Kaula. Dalam tradisi ini, terdapat pemahaman bahwa kemurnian energi seseorang dapat memengaruhi kualitas spiritualitas dan potensi transformasi mereka.

Namun, penting untuk dicatat bahwa pandangan ini tidak selalu diterima secara universal dalam semua tradisi spiritual. Beberapa ajaran menekankan pentingnya pemurnian diri melalui praktik spiritual dan kesadaran diri, tanpa harus mengaitkannya dengan konsep tumbal atau pengorbanan. Misalnya, Deepak Chopra dalam bukunya The Seven Spiritual Laws of Success menekankan pentingnya memahami hukum-hukum spiritual untuk mencapai kesuksesan pribadi, namun tidak secara eksplisit membahas konsep tumbal dalam konteks energi spiritual.


Berikut adalah tujuh hukum spiritual menurut Deepak Chopra dalam bukunya The Seven Spiritual Laws of Success (1994):


  1. Hukum Potensialitas Murni
    Semua ciptaan berasal dari kesadaran murni. Dengan berdiam diri, bermeditasi, dan tidak menghakimi, kita dapat menyatu dengan potensi tak terbatas ini.
  2. Hukum Pemberian
    Semesta beroperasi melalui pertukaran dinamis. Memberi dan menerima adalah dua aspek dari aliran energi. Dengan memberi apa yang kita inginkan, kita menjaga kelimpahan semesta dalam hidup kita.
  3. Hukum Karma (Sebab dan Akibat)
    Setiap tindakan menghasilkan energi yang kembali kepada kita. Memilih tindakan yang membawa kebahagiaan dan kesuksesan bagi orang lain memastikan aliran kebahagiaan dan kesuksesan kepada kita.
  4. Hukum Upaya Minimal
    Kecerdasan alam berfungsi tanpa usaha. Dengan menerima orang, situasi, dan peristiwa sebagaimana adanya, kita menciptakan kesuksesan dan keberuntungan.
  5. Hukum Niat dan Keinginan
    Setiap niat dan keinginan mengandung mekanisme untuk pemenuhannya. Dengan membuat daftar keinginan dan mempercayai bahwa segala sesuatu terjadi dengan alasan, kita membuka diri terhadap pemenuhan keinginan tersebut.
  6. Hukum Melepaskan
    Memberi kebebasan kepada diri sendiri dan orang lain untuk menjadi siapa adanya. Tidak memaksakan solusi—membiarkan solusi muncul secara spontan. Ketidakpastian adalah esensial dan jalan menuju kebebasan.
  7. Hukum Dharma (Tujuan Hidup)
    Setiap individu memiliki tujuan hidup unik. Dengan menemukan bakat unik kita dan menggunakannya untuk melayani umat manusia, kita mengalami kebahagiaan dan kelimpahan yang tak terbatas.


Chopra menekankan bahwa dengan memahami dan menerapkan hukum-hukum ini dalam kehidupan kita, kita dapat menciptakan apa pun yang kita inginkan, karena hukum-hukum yang sama yang digunakan alam untuk menciptakan hutan, bintang, atau tubuh manusia juga dapat membawa pemenuhan keinginan terdalam kita. Media modern pun sering memanipulasi manusia agar terus terjerat dalam konsumsi berlebihan, pornografi, atau hawa nafsu berlebih, sehingga energi murni perlahan menurun (Dyer, 2009).


Pesan Reflektif

Kesadaran tentang energi dalam tubuh kita bukan hanya soal metafisika, tapi juga bisa mengubah cara kita memandang dunia. Pesona fisik hanyalah manifestasi sementara dari energi yang lebih dalam. Ketika manusia mulai sadar akan energi yang dimiliki, mereka dapat menjaga diri, meningkatkan kualitas hidup, dan memengaruhi dunia di sekitar mereka secara lebih positif.

Ilusi pesona hanyalah permukaan; energi sejati lah yang memikat hati dan jiwa.

Novy Khayra


Referensi:

  • Chopra, Deepak. The Seven Spiritual Laws of Success. Bantam, 1994.
  • Dyer, Wayne. Excuses Begone! Hay House, 2009.
  • Tolle, Eckhart. The Power of Now. New World Library, 1997.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar