My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Jumat, 13 September 2013

Kisah Anak Yang Sangat Beruntung

Alkisah tinggallah seorang ibu bersama anak laki-lakinya di dekat istana kerajaan. Mereka adalah orang miskin yang tinggal di dekat kerajaan. Baginda raja tak keberatan dengan keadaan mereka. Bahkan raja yang sangat baik hati dan bijaksana itu mengizinkan rakyatnya berkunjung ke istana kapanpun mereka mau. Halaman istanapun diperbolehkan dipakai anak-anak untuk bermain setiap hari.
Anak laki-laki itu masih kecil, umurnya sekitar 7 tahun. Ia adalah seorang anak laki-laki yang cukup tampan. Ibunya pun tak melarangnya bermain ke halaman istana meski mereka tergolong orang yang sangat miskin. Ibunya bekerja tak tentu terkadang membantu mencuci baju, mencuci baju, menanam padi, atau pekerjaan-pekerjaan lain.

Sementara itu, halaman kerajaan selalu ramai karena anak-anak bermain disana. Anak-anak membawa mainan mereka masing-masing. Ada yang bagus, ada juga yang membuat mainannya sendiri. Sianak miskin itu juga membawa mainannya yaitu seekor nyamuk yang diikatkan pada seutas benang. Itulah mainan kesukaannya.
Setiap hari anak itu membawa nyamuk mainannya kemanapun ia pergi. Saat itu ia juga membawanya kehalaman istana kerajaan. Namun, tanpa terasa hari su hambdah gelap. Anak ini ingin menitipkan nyamuknya. “Baginda raja, bolehkah menitipkan nyamuk kesayangan hamba?” kata anak itu kepada Baginda Raja. Tentu anak kecil, ikatkan saja ditiang disamping istana,”jawab Baginda Raja.Nyamuk itupun diikatkannya pada sebuah tiang disamping istana, kemudian ia berpamitan   pulang kerumah. 
Hari berikutnya ia berpamitan kepada ibunya untuk bermain lagi ke istana. Ibunyapun menanyakan nyamuk kesayangannya. “Nak, dimana nyamuk kesayanganmu?” tanya ibunya. “Ibu kemarin aku bermain terlalu larut hingga  sehingga nyamuk itu kutitipkan kepada Baginda Raja.” Jawabnya. 
Anak itu pergi kehalaman istana. Kali ini ia hendak mengambil nyamuk kesayangannya, namun nyamuk itu sudah tak ada disana. Hanya benangnya yang masih terikat ditiang itu. “Apa nyamukku lepas ya? Ah tidak mungkin. Pasti nyamukku dimakan ayam jantan itu!” katanya lagi.
 
Didekat tempat itu ada seekor ayam jantan milik Baginda Raja. Anak itupun menanyakan kepada para pembantu istana yang tengah berada disana. Mereka menceritakan bahwa ayam jantan itu memang telah memakan seekor nyamuk yang diikatkan ditiang disamping istana. Anak kecil yang bersedih itu kemudian mengadu kepada Raja.
“Baginda Raja, nyamuk yang hamba titipkan kemarin telah dimakan ayam jantan milik Baginda,” katanya. Akhirnya Baginda Rajapun memberikan ayam jantannya kepada anak kecil itu. Anak itu sangat berterimakasih kepada baginda atas kebaikannya. Kemudian ia kembali bermain dengan membawa ayam jantan miliknya. Sayangnya, ayam itu lepas. Anak itu tak sanggup menangkapnya dan ia tak tahu kemana ayamnya lari.
Setelah lama ia mencari-cari, tampaklah ayam jantan itu telah mati ditempat para perempuan istana sedang menumbuk padi. Anak itu kemudian bertanya kepada mereka “Apa yang terjadi dengan ayamku?” tanyanya sambil menangis memegangi ayamnya yang sudah mati. Maafkan kami anak kecil, ayam itu memakan banyak beras disini dan ia tak mau pergi ketika kami berkali-kali mengusirnya. Karena kami kesal, kami pukul ayam itu dengan alu. Benar, bukan maksud kami untuk membunuhnya. Kami hanya ingin mengusirnya,” jelas para perempuan itu.
Maka anak itu kembali memberi tahu Baginda Raja. Baginda Raja tidak marah karena para perempuan itu juga berkata demikian kepada Raja. Maka diberikannya alu itu karena elah membuat ayam jantan itu mati.



Anak itu kembali berterimakasih kepada Baginda Raja. Dan hari ini ia kembali bermain. Sekali lagi ia ia kemalaman dan menitipkan alu itu kepada Raja. “Letakkan saja dibawah pohon nangka itu! Perintah raja kepada anak itu.
Siang harinya anak itu meilhat lesungnya sudah patah tertimpa buah nangka. Ia melapor lagi kepada Baginda Raja dan bagindapun memberikan nangka itu sebagai gantinya. Hari sudah gelap, ia kembali menitipkan buah nangka itu kepada Baginda Raja. “Ya, letakkan saja disamping pintu dapur,” kata Baginda Raja. Kemudian, ia pulang.
Di kerajaan, putri Raja yang sebaya dengan anak itu mencium bau harum nangka matang. Ia pikir pembantunya sedang menyimpan nangka itu. Dicarinya nangka itu sampai ketemu. Putri Raja itu sangat ingin segera mencicipinya. Kemudian, diambilnya sebuah pisau dan dibelahnya nagka itu. Buah itu dimakannya dan dibagi-bagikannnya sampai tak tersisa.



Keesokan harinya, anak kecil itu tak menemukan nangkanya. Yang ada hanya kulit dan bijinya saja. Anak itupun melapor kembali kepada Raja. Karena Baginda Raja adalah orang baik dan bijaksana, ia tak sedikitpun memarahi anak itu. Malahan, Baginda Raja tersenyum mendengar cerita yang tampak lucu itu. Mau tidak mau Raja harus menyerahkan putrinya kepada anak kecil itu.
Anak kecil itupun kembali berterimakasih kepada Baginda Raja. Namun, saat itu ia belum tahu apa arti dijodohkan. Ia hanya yahu bahwa akan memberinya hadiah yang sangat berharga kelak setelah ia sudah dewasa nanti.
Singkat cerita, setelah dewasa, mereka berdua akhirnya dinikahkan. Sang ibu ikut senang melihat anaknya bisa menjadi menantu baginda Raja dan mereka bisa tinggal dikerajaan.  Benar-benar tak terpikirkan oleh ibu-anak itu bahwa mereka akan sangat beruntung.
(Cerita Rakyat dari Kalimantan Selatan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar