My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Sabtu, 15 Februari 2014

Gunung Kelud pun Bererupsi Turut Menyambut Pesta Demokrasi


Saya rasa catatan saya ini penting, terutama untuk mengingatkan para manusia Indonesia yang kini berbondong-bondong untuk berebut mendapat kursi pemimpin. Tahun 2014 seluruh rakyat Indonesia tahu bahwa negara tercinta ini akan merayakan pesta demokrasi untuk pemilihan pelayan rakyat atau yang populer disebut pemimpin untuk legislatif tingkat daerah sampai pusat tak tekecuali calon Presiden yang pastinya siapapun yang terpilih akan menentukan nasib bangsa kita tercinta ini minimal 5 tahun kedepan. Pertanyaannya sekarang, apa hubungannya dengan gunung Kelud?  Nah, disinilah menariknya ketika mempertemukan benang merah antara hal yang logis dengan hal yang metafisis. Harap disimak..

Ucapan terima kasih kepada para visitor yang telah menyimak bahasan artikel saya sebelumnya berjudul “Bencana Alam 2014: Antara Dosa dan Bencana”, tak menyangka akan mendapat impresi yang cukup besar semoga dapat menginspirasi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa fenomena alam tak bisa lepas dari perilaku manusia, selain tertulis dalam kitab suci juga telah terbukti dari riset sejarah para ahli. Sedangkan dalam bahasan kali ini mengapa Erupsi gunung Kelud bisa terjadi?

Gunung kelud Erupsi (sumber: tribunnews.com)


Profil Gunung Kelud
Akhirnya, kemarin pada tanggal 13 Februari 2014 meletus dan menyebarkan abu vulkanik hingga menutupi setengah area pulau jawa termasuk dimana kota saya berada yang dari sampai sore-pun terlihat mendung.  Untuk itu, ada baiknya kita menelusuri sejarah gunung yang terletak di Jawa Timur ini.
Sejak abad ke-15, Gunung Kelud telah memakan korban lebih dari 15.000 jiwa. Letusan gunung ini pada tahun 1586 merenggut korban lebih dari 10.000 jiwa. Sebuah sistem untuk mengalihkan aliran lahar telah dibuat secara ekstensif pada tahun 1926 dan masih berfungsi hingga kini setelah letusan pada tahun 1919 memakan korban hingga ribuan jiwa akibat banjir lahar dingin menyapu pemukiman penduduk.
Pada abad ke-20, Gunung Kelud tercatat meletus pada tahun 1901, 1919 (1 Mei, 1951, 1966, dan 1990. Pola ini membawa para ahli gunung api pada siklus 15 tahunan bagi letusan gunung ini. Memasuki abad ke-21, gunung ini erupsi pada tahun 2007, 2010, dan 2014. Perubahan frekuensi ini terjadi akibat terbentuknya sumbat lava di mulut kawah gunung.

Letusan 1919

Letusan Gunung Kelud tahun 1919 tercatat dalam laporan Carl Wilhelm Wormser (1876-1946), pejabat Pengadilan Landraad di Tulung Agung (masa kolonial Belanda), yang menjadi saksi mata bencana alam tersebut.Disebutkan, pada 20 Mei 1919 siang, tiba-tiba langit gelap.
 Letusan ini termasuk yang paling mematikan karena menelan korban 5.160 jiwa , merusak sampai 15.000 ha lahan produktif karena aliran lahar mencapai 38 km, meskipun di Kali Badak telah dibangun bendung penahan lahar pada tahun 1905. Selain itu Hugo Cool pada tahun 1907 juga ditugaskan melakukan penggalian saluran melalui pematang atau dinding kawah bagian barat. Usaha itu berhasil mengeluarkan air 4,3 juta meter kubik.

Karena letusan inilah kemudian dibangun sistem saluran terowongan pembuangan air danau kawah, dan selesai pada tahun 1926. Secara keseluruhan dibangun tujuh terowongan. Pada masa setelah kemerdekaan dibangun terowongan baru setelah letusan tahun 1966, 45 meter di bawah terowongan lama. Terowongan yang selesai tahun 1967 itu diberi nama Terowongan Ampera. Saluran ini berfungsi mempertahankan volume danau kawah agar tetap 2,5 juta meter kubik

Letusan 1990

Letusan 1990 berlangsung selama 45 hari, yaitu 10 Februari 1990 hingga 13 Maret 1990. Pada letusan ini, Gunung Kelud memuntahkan 57,3 juta meter kubik material vulkanik. Lahar dingin menjalar sampai 24 kilometer dari danau kawah melalui 11 sungai yang berhulu di gunung itu.
Letusan ini sempat menutup terowongan Ampera dengan material vulkanik. Proses normalisasi baru selesai pada tahun 1994.

Letusan 2007

Aktivitas gunung ini meningkat pada akhir September 2007 dan masih terus berlanjut hingga November tahun yang sama, ditandai dengan meningkatnya suhu air danau kawah, peningkatan kegempaan tremor, serta perubahan warna danau kawah dari kehijauan menjadi putih keruh. Status "awas" (tertinggi) dikeluarkan oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sejak 16 Oktober 2007 yang berimplikasi penduduk dalam radius 10 km dari gunung (lebih kurang 135.000 jiwa) yang tinggal di lereng gunung tersebut harus mengungsi. Namun letusan tidak terjadi.

Setelah sempat agak mereda, aktivitas Gunung Kelud kembali meningkat sejak 30 Oktober 2007 dengan peningkatan pesat suhu air danau kawah dan kegempaan vulkanik dangkal. Pada tanggal 3 November 2007 sekitar pukul 16.00 suhu air danau melebihi 74 derajat Celsius, jauh di atas normal gejala letusan sebesar 40 derajat Celsius, sehingga menyebabkan alat pengukur suhu rusak. Getaran gempa tremor dengan amplitudo besar (lebih dari 35mm) menyebabkan petugas pengawas harus mengungsi, namun kembali tidak terjadi letusan.

Akibat aktivitas tinggi tersebut terjadi gejala unik dalam sejarah Kelud dengan munculnya asap tebal putih dari tengah danau kawah diikuti dengan kubah lava dari tengah-tengah danau kawah sejak tanggal 5 November 2007 dan terus "tumbuh" hingga berukuran selebar 100 m. Para ahli menganggap kubah lava inilah yang menyumbat saluran magma sehingga letusan tidak segera terjadi. Energi untuk letusan dipakai untuk mendorong kubah lava sisa letusan tahun 1990.




Lihat Peta Lebih Besar (lokasi peta gunung Kelud)




Sejak peristiwa tersebut aktivitas pelepasan energi semakin berkurang dan pada tanggal 8 November 2007 status Gunung Kelud diturunkan menjadi "siaga" (tingkat 3).

Danau kawah Gunung Kelud praktis "hilang" karena kemunculan kubah lava yang besar. Yang tersisa hanyalah kolam kecil berisi air keruh berwarna kecoklatan di sisi selatan kubah lava.

Letusan 2014

Peningkatan aktivitas Gunung Kelud mulai terjadi di akhir tahun 2013. Pada 10 Februari 2014, Gunung Kelud dinaikkan statusnya menjadi Siaga dan kemudian Awas pada tanggal 13 Februari pukul 21.15 diumumkan status bahaya tertinggi, Awas (Level IV), sehingga radius 10 km dari puncak harus dikosongkan dari manusia. Belum sempat pengungsian dilakukan, pada pukul 22.50 telah terjadi letusan tipe ledakan (eksplosif). Erupsi tipe eksplosif seperti pada tahun 1990 (pada tahun 2007 tipenya efusif, yaitu berupa aliran magma) diprediksikan akan terjadi setelah hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri.

 
Dampak letusan Gunung Kelud (sumber: nasional.news.viva.id)
 


Pengamatan dan Perenungan dari Gejala Alam
Ada sebuah cerita dikutip dari buku Sukarno Penjambung Lidah Rakjat, beliau menuturkan bahwa kelahirannya tanggal 6 Juni 1901 bertepatan dengan meletusnya gunung Kelud. Jarak gunung tersebut hanya puluhan kilometer dari kediaman Sukarno kecil. Orang yang percaya tahayul kemudian menyebut bahwa, meletusnya Gunung Kelud adalah penyambutan alam atas bayi Sukarno. Sementara orang Bali mempunyai kepercayaan lain, yakni meletusnya sebuah gunung pertanda bahwa rakyat telah melakukan maksiat. Sehingga menurut Sukarno, gunung Kelud sebenarnya tidak menyambut kelahirannya.

Disisi lain mengutip ayat suci Al-Quran
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia Sungguh, manusia itu sangat dzalim dan sangat bodoh [Q.S. al-Ahzab 33:72]
Ayat diatas menerangkan tentang kekhalifahan atau kepemimpinan bahwa benda perkasa saja termasuk gunung menyerah untuk menerima tampuk kekuasaan sebagai pemimpin karena takut tidak bisa memegang amanah, namun manusia berani menyanggupinya. Sederhananya setelah manusia menjadi pemimpin secara otomatis dan “gentleman” kandidat lain seperti langit, bumi, dan gunung menerima dengan ikhlas sebagai pengikut dibawah kepemimpinan manusia. Akan tetapi ketika pengikut melihat “kemelencengan” pemimpinnya pasti pengikut akan berusaha berusaha mengingatkan.  Inilah cara gunung, langit, dan bumi mengingatkan pemimpinnya yaitu manusia yang sudah melenceng dari amanah yang dititipkan Allah.

Pada zaman kelahiran Sukarno yang bersamaan dengan gunung Kelud, bisa jadi kedua tafsiran antara orang Jawa dan Bali yang berbeda itu bisa keduanya adalah hal yang benar dan saling melengkapi. Sebab pertama,  sudah ratusan tahun Belanda melakukan kedzaliman terhadap rakyat Indonesia sehingga membuat gunung Kelud “marah” karena manusia tidak melaksanakan amanah Tuhan malah saling mengeksploitasi. Kedua, sudah saatnya  kedzaliman yang dilakukan Belanda itu dihentikan dengan kelahiran seseorang yang bertugas untuk membawa perubahan bagi bangsa Indonesia yaitu Sukarno. Hal ini sejalan dengan sejarah kelahiran Nabi Muhammad yang kelahirannya bersamaan dengan kedzaliman yang merajalela di jazirah Arab. Beliau hadir didunia mengemban tugas untuk mengubah peradaban yang kala itu kelam untuk menjadi terang (meskipun tidak tahu pasti fenomena alam apa yang menyertai kelahiran beliau).

Tanggal dimulainya pesta demokrasi (sumber: utama.seruu.com)



Ditahun 2014 inipun seakan gunung Kelud juga menyumbangkan suaranya akan kedzaliman bangsa Indonesia  sendiri terhadap bangsanya dan tanah airnya sendiri. Pada kenyataanya pemimpin Indonesia baik daerah dan pusat yang kini sedang berkuasa sepertinya kebijakan dan tindakannya sudah tidak sesuai amanah dari Yang Kuasa. Eksploitasi besar-besaran pada hutan dan tambang, tak jarang malah diobral pada orang luar,  tak peduli kehidupan hewan. Belum lagi menenggelamkan rakyatnya sendiri dalam perburuhan (baca perbudakan) atas nama investasi. Alih-alih bertopeng mengentaskan pengangguran, tapi tidak sadar bahwa  sebetulnya melestarikan kedzaliman. 

Apa dipikir hutan yang diam, hewan yang tidak berdaya, dan rakyat kecil yang suaranya dalam pemilu dikhianati tidak bisa berontak? Bagaimana kalau ternyata pemberontakannya tidak mempan pada Sang Penguasa sehingga diadukan pada Yang Kuasa melalui doa? Bagaimana kalau Yang Kuasa marah dan menggulung bumi ini? Yang dikira diam, tak berdaya, dan yang dikhianati ini akan masuk surga karena termasuk golongan teraniaya. Lalu bagaimana dengan nasib pemimpin yang dzalim? Apakah harta yang dihasilkan dari keserakahan dari hasil eksploitasi itu bisa menyelamatkan mereka? Suatu ketika Presiden Sukarno pernah berpesan "biarkan Sumber Daya Alam Indonesia masih pada tempatnya, tunggu sampai anak bangsa ini sendiri mampu mengolahnya.” Namun alih-alih meningkatkan kemampuan SDM malah pada  kenyataannya pemimpin negeri ini tidak sabar menunggu masa itu demi memuaskan nafsu serakahnya. Tunggu saja, karena sebenarnya kita semua termasuk golongan orang-orang yang menunggu. 

Tahun 2014 adalah saatnya rakyat Indonesia pesta demokrasi, bisa jadi letusan Gunung Kelud berarti akan menghadirkan tokoh seperti Sukarno yang mengubah bangsa dan peradaban dunia. atau bisa jadi letusannya jadi pertanda peringatan bahwa pemimpin-pemimpin yang selama ini memimpin tidak sesuai amanah sehingga semuanya harus diganti. Belum terlambat untuk koreksi diri. Silakan para pemimpin dan calon pemimpin yang ikut pesta demokrasi april nanti merenungi atas motivasi apa Anda megidamkan jabatan yang sedang Anda kejar  ini? Kekayaankah (baca:keserakahan)? atau kemakmuran dan kemanusiaan yang adil dan beradab bagi seluruh rakyat Indonesia?

Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Kelud
http://news.detik.com/read/2014/02/14/145825/2497522/10/kisah-bung-karno-yang-lahir-saat-gunung-kelud-meletus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar