My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Sabtu, 29 Maret 2014

Kita Datang, Kita Lihat, Kita Menang, Kitalah Pemimpin Masa Depan

Kita, generasi yang lahir setelah Indonesia merdeka, yang datang setelah Indonesia berrevolusi, yang sempat menjadi saksi reformasi.  Kita adalah generasi yang beruntung, tidak harus turut berperang membela negeri, tidak harus angkat senjata untuk tidur nyenyak dimalam hari dan bekerja tenang disiang hari. Kita adalah sebuah generasi dipersimpangan zaman globalisasi, yang akrab dengan teknologi.  Karena kini kita hidup dizaman yang menjunjung tinggi HAM, menghargai SARA, dan mencintai perdamaian. Namun, tak berarti semua kenyamanan ini membolehkan kita berleha-leha dengan keadaan. Kita datang untuk sebuah alasan, kita lihat untuk proses, kita menang tanpa menghinakan, itulah kita. Untuk kita tahu, kita semua adalah generasi pemimpin masa depan.





Terinspirasi dari kalimat terkenal Veni, Vidi, Vici yang dilontarkan oleh Julius Caesar, yang menjabat jenderal dan konsul Romawi pada tahun 47 SM. Kalimat ini menggambarkan kemenangannya atas musuh-musuhnya dalam pertempuran. Kalimat yang berarti Saya datang, saya melihat, saya menang mengandung arti kemenangan mudah dan mutlak. Pada perkembangannya kalimat ini sering salah kaprah ditulis sebagai Vini, Vidi, Vici. Namun semangat yang terkandung mampu membangun tekad bulat, Bahkan Napoleon Bonaparte Jenderal Perancis yang terkenal menaklukkan Eropa juga sering menggaungkan slogan ini untuk menghidupkan semangat pasukannya dimedan pertempuran. untuk itu ada baiknya kita mengadaptasi pemikirannya dalam mewujudkan pemimpin masa depan. Apa bekal yang sebaiknya kita miliki untuk menjadi pemimpin masa depan sesuai harapan?

Veni, Vidi, Vici (sumber: lihat disini)

Veni (Kita Datang) : Persiapan Menjadi Pemimpin
Kita datang atau lahir diatas muka bumi tentulah bukan tanpa alasan atau sekadar ketidak-sengajaan semata. Mengutip kata mutiara yang diucapkan Oprah Winfrey, Ratu Media Amerika “Saya percaya segala sesuatu yang terjadi karena suatu alasan, bahkan ketika kita tidak cukup bijak untuk melihatnya.” Segala sesuatu datang dan ada didunia memiliki alasan termasuk eksistensi diri. Disinilah pentingnya pertama-tama kita perlu menemukan jati diri atas siapa diri kita sebenarnya. Dan yang patut dipahami setiap insan bahwa jati diri kita semua pada dasarnya adalah pemimpin, pemimpin bagi diri kita sendiri. Pemimpin tak berarti selalu harus memiliki banyak pengikut. Menjadi pemimpin bisa berarti memiliki kendali atas setiap pemikiran dan tindakan yang kita lakukan. Termasuk menyadari dan mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga bisa menjadi pemimpin yang patut untuk diteladani.
a.   Mengenali Kecerdasan Diri Sendiri
Sebelum memimpin orang lain, perhatikan bagaimana cara kita memimpin diri pribadi diri kita. oleh karena itu pentingnya menyadari kecerdasan apa yang perlu kita miliki dan kita kembangkan. Kita memiliki perpaduan unik dari kecerdasan yang menurut ilmuwan Howard Gardner disebut kecerdasan majemuk (multiple inteligence).  Berikut ini berbagai macam kecerdasan menurut Howard Gardner:
1 . Naturalist Intelligence ( Kecerdasan Alam)
Merujuk kemampuan manusia untuk membedakan antara makhluk hidup ( tanaman, hewan ) serta kepekaan terhadap fitur lain dari dunia alam. Kemampuan ini jelas dari nilai di masa lalu evolusi kita dalam membedakan profesi sebagai pemburu , pengumpul , dan petani , botani atau koki .

2 . Musical Intelligence ( Kecerdasan Musikal )
Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk membedakan pitch, ritme , timbre , dan nada . Kecerdasan ini memungkinkan kita untuk mengenali , membuat , memperbanyak, dan merenungkan musik , seperti yang ditunjukkan oleh komposer , konduktor , musisi , vokalis , dan pendengar yang sensitif . Menariknya , sering ada koneksi afektif antara musik dan emosi , dan kecerdasan matematika dan musik dapat berbagi proses pemikiran umum . 

3 . Logical Matematika - Intelligence ( Kecerdasan Logis-Matematis )
Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan untuk menghitung , mengukur , mempertimbangkan proposisi dan hipotesis , dan melaksanakan operasi matematika lengkap . Hal ini memungkinkan kita untuk melihat hubungan dan koneksi dan menggunakan abstrak , pemikiran simbolis; keterampilan penalaran sekuensial , dan pola berpikir induktif dan deduktif . Kecerdasan logis biasanya berkembang baik di matematika , ilmuwan , dan detektif . Dewasa muda dengan banyak kecerdasan logis tertarik pada pola , kategori , dan hubungan . Mereka tertarik pada aritmatika masalah , strategi permainan dan percobaan .

 4 .Existential Intelegence (Kecerdasan eksistensial)
Sensitivitas dan kapasitas untuk menangani pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia , seperti makna hidup , mengapa kita mati , dan bagaimana kita sampai di sini .

5 . Interpersonal Intelegence ( Kecerdasan Antar-pribadi )
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami dan berinteraksi secara efektif dengan orang lain . Ini melibatkan verbal dan nonverbal komunikasi yang efektif , kemampuan untuk dicatat perbedaan antara lain , kepekaan terhadap suasana hati dan temperamen orang lain , dan kemampuan untuk menghibur berbagai perspektif . Guru, pekerja sosial , aktor , dan politisi semua menunjukkan kecerdasan interpersonal .

6 . Bodily - kinesthetic Intelligence ( Kecerdasan Kinestetik Tubuh )
Kecerdasan kinestetik tubuh adalah kemampuan untuk memanipulasi objek dan menggunakan berbagai keterampilan fisik . Kecerdasan ini juga melibatkan rasa waktu dan kesempurnaan keterampilan melalui serikat pikiran-tubuh . Atlet , penari , ahli bedah , dan pengrajin pameran berkembang dengan baik kecerdasan kinestetik tubuh .

 7 . Linguistic Intelligence ( Kecerdasan Linguistik)
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk berpikir dalam kata-kata dan menggunakan bahasa untuk mengekspresikan dan menghargai makna yang kompleks . Kecerdasan linguistik memungkinkan kita untuk memahami urutan dan makna dari kata-kata dan untuk menerapkan keterampilan meta - linguistik untuk merenungkan kami menggunakan bahasa . Kecerdasan linguistik adalah kompetensi manusia yang paling luas bersama dan jelas dalam penyair , novelis , jurnalis , dan pembicara publik yang efektif .

8 . Intra – personal Inteligence (Kecerdasan Intra-pribadi )
Kecerdasan intra - personal adalah kemampuan untuk memahami diri sendiri dan pikiran dan perasaan seseorang , dan menggunakan pengetahuan tersebut dalam perencanaan dan dilakukan arahan hidup seseorang . Kecerdasan intra - personal tidak hanya melibatkan apresiasi diri , tetapi juga dari kondisi manusia . Hal ini terbukti dalam psikolog , pemimpin spiritual , dan filsuf .

9 . Spatial Intelligence (Kecerdasan Spasial)

Kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk berpikir dalam tiga dimensi . Kapasitas inti meliputi citra mental , penalaran spasial , manipulasi gambar , grafis dan keterampilan artistik, dan imajinasi yang aktif . Pelaut, pilot , pemahat , pelukis , dan arsitek semua menunjukkan kecerdasan spasial.


Mutilple Inteligence (sumber: lihat disini)
Teori Howard Gardner tentang kecerdasan ganda ini telah dianut oleh berbagai teori pendidikan dan , secara signifikan , yang diterapkan oleh guru dan pembuat kebijakan untuk masalah sekolah . Teori ini juga dapat ditemukan dalam penggunaan dalam pra - sekolah ,perguruan tinggi , kejuruan dan inisiatif pendidikan orang dewasa . Sehingga dari teori ini bisa menjadi dasar bagi calon pemimpin untuk menyadari potensi yang dimiliki dan mengembangkannya secara signifikan bagi dirinya untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.

b.   Memperkaya diri dengan Pengetahuan, Keterampilan, dan Pengalaman

Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dizaman sekarang adalah suatu keuntungan sekaligus tantangan bagi generasi mudanya. Disatu sisi kemajuan teknologi membuka akses seluas-luasnya bagi kita generasi muda  untuk mencari ilmu pengetahuan dan keterampilan apapun. Namun disisi lain banyak juga generasi muda yang terjebak modernisasi yang membawa mereka pada situasi perilaku negatif seperti Narkoba, free sex, hedonisme, dan gaya hidup tidak produktif lainnya.

Terlepas dari godaan modernisasi yang ditawarkan teknologi, pada dasarnya hidup ini pilihan. Mustahil ingin menjadi pemimpin bila kita tak mau dan tak mampu untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman. Kita bisa belajar dari sejarah bahwa para pemimpin besar rata-rata adalah kutu buku yang melalap buku apa saja untuk memperkaya daya pikirnya. Sebut saja bapak bangsa kita Sukarno dan Hatta yang dari pengetahuan mereka dapat menciptakan Pancasila. Barack Obama, orang kulit hitam pertama dan salah satu yang termuda menjadi Presiden Amerika. Oprah Winfrey Ratu media Amerika, tak terkecuali J.K. Rowling penulis Harry Potter yang dengan karya-karyanya membuatnya menjadi wanita terkaya didunia bahkan melampaui ratu negaranyanya Inggris, Elizabeth II.

 Tentunya masih banyak lagi sejarah yang mencatat kesuksesan kutu buku yang berhasil menjadi pemimpin. Mengutip dari perkataan Isac Newton, “If I have seen further, I must be standing on the shoulders of giants” yang berarti “Jika saya melihat lebih jauh, itu pasti saya berdiri diatas pundak-pundak raksasa.” Kalimat diatas yang dimaksud raksasa adalah kiasan Newton terhadap para pemimpin-pemimpin besar sebelum zamannya yang biografi mereka dibaca oleh Newton sehingga ia bisa berpikir lebih jauh mengadaptasi pemikiran pemimpin-pemimpin besar tersebut.

Perkaya diri dengan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman (sumber: lihat disini)

Meski demikian, menjadi kutu buku saja tidak cukup bila tanpa disertai dengan keterampilan dan pengalaman. Bill Gates pendiri Microsoft yang juga salah seorang Miliarder dunia, ketika remaja selain telah membaca seluruh buku tentang komputer di perpustakaan sekolahnya, ia juga suka membongkar dan mengotak-atik komputer miliknya dan teman-temannya untuk dipelajari. Dari hobinya tersebut akhirnya berbuah manis setelah ia menjadi mahasiswa di Harvard University yaitu berhasil menciptakan internet yang kini bermanfaat bagi banyak orang didunia walaupun harus drop out dari kampus.

Dalam konteks sebagai pemimpin masa depan, kita dapat mengaplikasikannya  yaitu menjadikan membaca buku sebagai hobi dan berusaha mengembangkan keterampilan yang kita miliki. Serta tak lupa berusaha menimba pengalaman untuk meingkatkatkan kualitas pribadi kita. Gaya hidup yang berorientasi pada prestasi akan mencetak kita menjadi pribadi unggul dibandingkan bergaya hidup hedonisme yang mengikuti tren zaman semata. Sebab ada kalanya tren bisa berubah dan kadaluarsa, namun prestasi akan dikenang hingga masa depan.


Kita Lihat (Vidi) : Kerja Keras dan Kerja Cerdas

Tidak ada kesuksesan yang instan bila ingin kesuksesan itu langgeng dan awet dalam jangka waktu yang lama. Untuk itulah dalam mencapai kesuksesan dibutuhkan kerja keras yang berupa berpikir analitis dan ssitematis. Serta bekerja cerdas yaitu dengan memiliki kemampuan inovasi dan mengkomunikasikan ide yang dimilikinya.


a.   Berpikir Analitis dan Sistematis
    Kerja keras versi seorang pemimpin tentu berbeda dengan kerja keras level pekerja. Kerja keras pekerja lebih mengandalkan otot, namun kerja keras pemimpin lebih mengandalkan otak. Untuk itu kita berpikir secara analitis dan sistematis dalam melihat suatu masalah tertentu. Sehingga tak ada salahnya kita mengadapatasi ilmu manajemen dalam menganalisa masalah apa saja yang berkaitan dengan kerja keras otak melalui sistem Analisis SWOT, sebab analisa SWOT bisa dikatakan memenuhi dua pemikiran analitis dan sistematis. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi  yang biasanya berhubungan dengan bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).

*      Strength (Kekuatan): Faktor internal berupa kondisi kekuatan yang terdapat dalam sebuah organisasi, proyek atau konsep bisnis.
*      Weakness (Kelemahan): Faktor internal berupa kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek, atau konsep bisnis.
*      Opportunities (Peluang): faktor eksternal berupa peluang yang bisa kita manfaatkan.
*      Threats (Ancaman) : Faktor eksternal berupa sesuatu yang mengancam dari luar yang bisa melemahkan sebuah organisasi, proyek, dan konsep bisnis.


Analisis SWOT (sumber:lihat disini)
Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi  proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Lakukan kajian secara mendalam tentang keepat faktor tersebut sebelum mengambil keputusan.
b.     Kemampuan Berinovasi dan Mengkomunikasikan Ide
Ini yang membedakan pemimpin dan pengikut yaitu kerja cerdas, sedikit tenaga namun memberikan hasil yang lebih. Seorang pemimpin adalah orang yang melihat lebih banyak daripada yang dilihat orang lain, melihat lebih jauh daripada yang dilihat orang lain, dan melihat sesuatu sebelum orang lain melihat. Untuk itu  pemimpin harus memiliki kemampuan berinovasi dalam bidang yang sesuai dengan keahliannya. Mengubah suatu tatanan lama menjadi lebih efektif dan efisien, serta menambah nilai jualnya. Ambil contoh negara Jepang, negara ini mampu menjadi pemimpin modernisasi di Asia yang berinovasi dibidang politik dengan adanya restorasi Meiji dan bidang teknologi otomotif dan digital.


Inovasi (sumber:lihat disini)
Selanjutnya, kemampuan berinovasi akan hampa bila seorang pemimpin tidak mampu mengkomunikasi ide kepada bawahannya. Seringkali hal ini disebabkan oleh caranya berkomunikasi dengan istilah yang melangit atau bahasa yang terlalu ilmiah, maka dari itu para bawahan tidak bisa mengartikan. Sebagai contoh ada pemimpin lulusan Amerika yang terbiasa berbicara bahasa Inggris. Sedangkan bawahannya sendiiri tergolong awam dengan istilah-istilah bahasa Inggris tertentu. Namun, karena ia sering mencampur aduk bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris secara membabi buta lalu tertutup terhadap sisitem bertanya dan  diskusi. Sehingga apa yang terjadi? tak jarang pemimpin seperti itu biasanya harus mengatasi semua tugas team sendiri karena menilai bawahannya tidak berkompeten  mengerjakan. Padahal dirinyalah yang tidak memiliki kemampuan berkomunikasi dan delegasi atau mewakilkan pekerjaan kepada para bawahannya.


Komunikasi (sumber:lihat disini)
Kita Menang (Vici) : Karakter Pemimpin Bijaksana

Dalam kehidupan sedikitnya terdapat empat strategi pemecahan masalah untuk mengatasi konflik, yakni, strategi Menang-kalah (Win-Lose), Kalah-menang (Lose-win), Kalah-kalah (Lose-lose), dan Menang-menang (Win-win). Berpikir dan bersikap ‘menang-menang’ (win-win solution)  merupakan sikap hidup dengan kerangka berpikir yang menyatakan bahwa saya dapat menang, demikian juga kamu dan pada akhirnya semua dapat menang. Pemimpin yang memiliki kemampuan bersikap win-win solution  adalah pribadi yang memiliki kemampuan kepemimpinan antarpribadi yang berorientasi pada solusi.


Win-Win Solution (Sumber: Lihat disini)
Walaupun memang dalam kenyataan setiap orang memiliki variasi paradigma dalam mengatasi konflik hidupnya. Berpikir menang-menang merupakan dasar untuk dapat hidup berdampingan dengan orang lain. Berpikir menang-menang mulai dengan kepercayaan bahwa kita adalah setara, tidak ada yang “di bawah” ataupun “di atas” orang lain. Paradigma ‘menang-menang’ adalah konsensus ataupun solusi yang memberikan keuntungan dan kepuasan yang timbal balik. Menang-menang melihat kehidupan sebagai arena yang kooperatif, yakni arena untuk mengembangkan diri dan kelompok melalui kerja-sama, bukan arena kompetisi atau persaingan.

Kitalah Pemimpin Masa Depan!

Pemimpin tercermin dari keteladanan dan sosok seseorang yang bisa menginspirasi banyak orang untuk berbuat kebajikan, yaitu seseorang yang dapat membuat orang lain melakukan tindakan tanpa beban dan paksaan. Berbeda bila kita menemui seseorang yang memimpin namun menggunakan otoritas atau jabatannya untuk membuat orang lain melakukan apa yang dia mau, itu adalah pimpinan. Tak semua pimpinan bisa menjadi pemimpin, tapi semua pemimpin bisa menjadi pimpinan. Menjadi pemimpin tak sekadar mengejar kedudukan prestisius untuk bisa dihormati banyak orang. Tetapi pemimpin adalah mereka yang rela mengabdikan segala daya upaya hidupnya untuk kesejahteraan banyak orang. Kehormatan yang tulus dari hati itu lebih abadi daripada kehormatan yang datang karena jabatan.

Belajar dari sejarah hanya dikenal dua tokoh utama, tokoh sejarah yang terkenal dengan sikap kepahlawanan, ketulusan, dan kegigihan demi mempertahankan kebenaran dan kemanfaatan. Seperti yang ditulis dalam buku “The 100” karya Michael Hart meliputi Nabi Muhammad, Isaac Newton, Yesus, dsb. Yang lainnya adalah tokoh sejarah yang terkenal dengan kediktatoran, kejahatan, dan  ketidakadilan seperti Hittler, Benito Mussolini, dsb. Menjadi pemimpin masa depan harus dipersiapkan mulai dari saat ini dan belajar dari masa lalu. Bekal yang terbaik adalah tak hanya dengan mempersiapkan kecerdasan pikiran, namun juga kecerdasan hati. Semoga siapapun dari kita yang menjadi pemimpin adalah orang-orang yang cerdas dan bijaksana.


Kitalah Pemimpin Masa Depan (sumber: lihat disini)

Terakhir, mengutip perkataan dari bapak bangsa kita, Bung Karno:
Hai Pemuda! Ini dadaku! Mana dadamu? Aku titipkan negeri ini padamu! Tak usah 100.. Tak perlu 1000.. Beri aku 10 pemuda. Akan kuguncang dunia...”

Referensi:

http://id.wikipedia.org/wiki/Veni,_vidi,_vici
http://infed.org/mobi/howard-gardner-multiple-intelligences-and-education/
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar