My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Selasa, 01 April 2014

Bahasa Inggris dan Perjalanan Meniti Karir

Tak heran jika memang banyak tersebar lembaga-lembaga Bahasa Inggris dimana-mana yang biasanya target marketnya adalah para siswa sekolah, mahasiswa dari Perguruan Tinggi dan profesional perusahaan. Saya sendiri pernah merasakan suka-duka dari pengalaman melamar pekerjaan yang menjadikan Bahasa Inggris sebagai salah satu syarat utama. Waktu itu saya melamar pekerjaan berbagai pekerjaan bonafid melalui Job Fair yang diadakan oleh Universitas UGM di Yogyakarta. surat lamaran yang saya buat bisa dibilang Excellent,  selain  karena menggunakan bahasa Inggris dengan baik dan benar juga memuat prestasi saya dan pengalaman organisasi selama berada dikampus. 




Beberapa ada yang memberikan syarat untuk menyertakan sertifikat TOEFL, namun beberapa tidak perlu. Namun karena jarak yang jauh dari kota asal saya yaitu Semarang, hal ini menjadi kealpaan saya. Meski demikian, uniknya saya mendapatkan email pemberitahuan dari PT. Pertamina untuk mengirimkan scan dari sertifikat TOEFL saya melalui email.  Segeralah saya mengirimkan scan tersebut tanpa banyak berpikir. Pada kenyataannya, walalupun nilai TOEFL saya mencukupi, tapi saya tidak diberikan kesempatan untuk melanjutkan tes tahapan berikutnya. Hal ini membuat saya menyadari bahwa nilai saja tidak cukup, melainkan nama lembaga kursus Bahasa Inggris yang menerbitkan sertifikat tersebut ternyata harus resmi yang diakui oleh pemerintah. Atau sederhananya yang sudah terkenal dikalangan masyarakat umum.

Setahun kemudian saya menerima email panggilan tes berikutnya yang berasal dari BUMN lain yaitu Garuda Indonesia untuk mengikuti tes yang diadakan di Jakarta. Tes yang dihadapi cukup panjang yaitu ada 8 tahapan yang harus diikuti.  Sebelumnya, saya pernah melamar di Bank Indonesia, Adhi Karya dan Jasa Marga namun harus kandas pula. See? kita nggak harus berhasil diawal perjuangan kan? tapi juga jangan mudah menyerah. karena bisa jadi memang itu bukan jodoh kita. Prinsipnya, jika bukan jodoh dipaksakan akibatnya repot dipertengahan atau dibelakangan.Sampai disanalah sudah perjuangan saya yang ngebet untuk  bisa masuk menjadi karyawan BUMN yang saya idam-idamkan semasa kuliah dulu. Saya menyadari itu berarti bukan rezeki saya disana.




Apakah saya menyerah? Tentu tidak! Meskipun bahasa Inggris memberikan pengalaman “down” dalam melamar lowongan BUMN. Saya tetap menyukainya karena dari Bahasa Inggris ini saya bisa berkenalan dengan teman dari luar negeri. Selama saya bekerja sebagai Supervisor di Department Store saya menemui dan praktek langsung berbicara bahasa Inggris dengan orang asing. Selain itu, jauh hari sebelumnya saya pernah bersahabat dengan seorang gadis Amerika yang bernama Marnie. Dia merupakan putri dari dosen tamu fakultas kami yang dihadirkan dari America State University. Dia ikut bersama ayahnya adalah dalam rangka liburan semester musim panas selama 2 bulan. Dalam jangka waktu tersebut disini dia membuka English Conversation Club yang memungkinkan mahasiswa-mahasiswa untuk mengasah keterampilan bercakap-cakap dalam Bahasa Inggris bersamanya. Sayangnya meski banyak materi berguna yang disampaikan Marnie, tapi karena kurang publikasi hanya segelintirmahasiswa saja yang mengikuti club tersebut. Sehingga club tersebut seperti kelompok belajar yang setiap pertemuannya hanya terdiri tidak lebih dari 8 orang.



Berlatih langsung dari native speaker yaitu Marnie itulah semakin menambah kepercayaan diri dalam praktek saya speaking. Untuk pekerjaan terakhir saya saja yaitu PT. Mitra Adi Perkasa atau akrab disebut PT.MAP merupakan perusahaan swasta ritel terkemuka di Jakarta, mempersyaratkan karyawannya bisa Bahasa Inggris. Hal itu ditunjukkan dalam sesi wawancara agar ketika menghadapi customer luar negeri bisa melayani secara maksimal. Contoh customer luar negeri dari perusahaan yang pernah saya hadapi berasal dari Inggris, Perancis, Amerika, Timur Tengah, Cina, Jepang, Korea, India, Filipina, Thailand, Malaysia, dan sebagainya.


Resign dari PT.MAP saya memutuskan untuk melamar CPNS pada tahun 2013. Ternyata dari tes yang diajukan tidak pernah bisa lepas dari yang namanya Bahasa Inggris. Walaupun bisa lolos ditahapan pertama yang merupakan tes tertulis pada tahapan selanjutnya yang terdapat wawancara, kami peserta tes diwajibkan untuk bisa mempraktekkan Bahasa Inggris juga. Alhamdulillah, saya bersyukur saya bisa melalui tes tersebut sehingga bisa lolos dalam ujian CPNS. Meski demikian saya tidak kan berhenti belajar Bahasa Inggris. Karena saya rasa dengan memiliki skill bahasa Inggris yang baik apa lagi bisa diatas rata-rata, seseorang tersebut akan memiliki posisi lebih baik didalam karir. Sebagai contoh adalah sepupu saya yang bekerja sebagai PNS disalah satu kementrian, dia sering diserahi amanah oleh atasannya untuk pergi keluar negeri untuk mengurusi tugas negara seperti ke Perancis, Inggris, Belanda, Singapura, Swiss, Amerika, dan berbagai negara lain. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk saya  juga dimasa mendatang, bukan?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar