![]() |
Ilustrasi: Alquran dan tasbih sebagai simbol ajaran Islam |
Siapa bilang Islam tidak mengenal meditasi? Siapa bilang Islam anti filsafat? Siapa bilang Islam menolak selibat dan hidup kontemplatif?
Seringkali kita terjebak
dalam pandangan sempit terhadap ajaran agama kita sendiri. Dalam upaya
memurnikan ajaran, justru terkadang terjadi penyempitan spiritualitas yang
membuat kita lupa betapa kayanya tradisi Islam sejak awal mula ia hadir sebagai
cahaya peradaban. Banyak aspek yang sebenarnya memiliki akar kuat dalam Islam
kini malah dianggap asing atau bahkan menyimpang.
Meditasi dalam Islam? Ada. Praktik
merenung, menenangkan diri, dan berkontemplasi dikenal dalam Islam dengan
istilah tafakur. Ini bukan praktik yang diremehkan, melainkan sangat
dianjurkan. Dalam satu hadis disebutkan bahwa “Satu jam tafakur lebih baik
daripada seribu rakaat salat sunnah” (HR. Abu Nu’aim dalam Hilyatul
Awliya, jilid 10). Tafakur adalah bentuk meditasi batin yang menghubungkan
manusia dengan Tuhannya, dengan makna keberadaan, dan dengan kesadaran akan
kefanaan dunia.
Lalu bagaimana dengan
filsafat? Islam punya sejarah panjang berdialog dengan pemikiran filsafat. Para
pemikir besar seperti Al-Kindi, Al-Farabi, dan Ibnu Sina bahkan dikenal sebagai
failasuf Muslim yang meletakkan dasar filsafat Islam klasik.
Tasawuf—yang kemudian berkembang sebagai tradisi spiritual mendalam dalam
Islam—juga merupakan bentuk integrasi antara pemikiran filsafat, teks suci, dan
pengalaman batin. Bahkan Imam Al-Ghazali, tokoh penting dalam dunia tasawuf,
sempat mempelajari filsafat secara intens sebelum menulis Tahafut
al-Falasifah, dan tetap mengakui pentingnya akal dalam memahami agama (The
Incoherence of the Philosophers, Al-Ghazali).
Bagaimana dengan selibat
atau hidup membujang demi kesucian jiwa? Islam mengenal itu. Nabi Isa
AS hidup tanpa menikah, begitu pula Nabi Yahya AS. Siti Maryam bahkan
digambarkan sebagai perempuan suci yang mengasingkan diri untuk mendekatkan
diri kepada Allah (QS Ali Imran: 37). Setelah Rasulullah SAW wafat, para
istrinya memilih untuk tidak menikah lagi, sebagai bentuk penghormatan
spiritual dan pengabdian penuh kepada dakwah Islam (lihat Sirah Nabawiyah,
Ibnu Katsir).
Namun, dalam beberapa abad
terakhir, narasi-narasi spiritual ini makin jarang muncul dalam diskursus
keislaman. Banyak ulama modern terlalu fokus pada aspek fiqih normatif dan
menjauh dari dimensi batin yang reflektif. Akibatnya, umat Islam kehilangan
kedalaman spiritual dan daya cipta. Alih-alih menjadi komunitas yang dinamis
dan terbuka terhadap ilmu, banyak wilayah Islam justru terjebak dalam stagnasi,
hingga jatuh menjadi wilayah jajahan kolonial pada abad ke-18 hingga 20 (lihat:
Fazlur Rahman, Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual
Tradition, 1982).
Padahal, semangat awal munculnya
agama adalah pembebasan dari kebodohan, bukan pengekangan terhadap pilihan
hidup. Al-Qur’an berulang kali menyeru umat untuk berpikir (yatafakkarun),
merenung (yatadabbarun), dan menggunakan akal sehat. Jalan menuju Tuhan
tidak satu, dan sejarah Islam mencatat banyak ragamnya—baik yang ilmiah,
filosofis, mistik, maupun sosial-politik.
Hari ini, kita perlu
membuka kembali ruang spiritual yang luas dalam Islam. Kita perlu menghidupkan
kembali warisan tafakur, semangat tasawuf yang filosofis, dan penghormatan
terhadap pilihan hidup kontemplatif. Kita perlu menyadari bahwa membatasi
spiritualitas hanya pada satu bentuk ritus akan mempersempit jalan umat menuju
kedewasaan iman.
Sudah saatnya kita merebut
kembali spiritualitas Islam yang lapang—yang menghargai kontemplasi, yang
merayakan pemikiran, dan yang mengakui keragaman jalan menuju-Nya.
Referensi:
- Abu Nu’aim. Hilyatul Awliya' wa Thabaqat
al-Asfiya’, Jilid 10.
- Al-Ghazali. Tahafut al-Falasifah (The
Incoherence of the Philosophers).
- Fazlur Rahman. Islam and Modernity:
Transformation of an Intellectual Tradition. University of Chicago
Press, 1982.
- Al-Qur’an Surat Ali Imran: 37.
- Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 219, Al-A’raf: 179
(tentang berpikir, tafakur).
- Ibnu Katsir. Sirah Nabawiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar