My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Jumat, 13 Desember 2013

Nawal El-Sadawi, Penulis Mesir yang Berani


Desember 2006 Nawal datang di Jakarta menjadi keynote speaker pada pembukaan galeri Nasional. Ia membawakan isu perempuan penulis didalam masyarakat yang dikuasai sistem kapitalis  dan patriarkat. Baik ditingkat lokal maupun global, hambatan sosial, ekonomi, budaya, agama dan seksual yang dihadapi perempuan penulis, serta efek meningkatnya kekuatan kelompok politik keagamaan pada perempuan penulis. Dalam pertemuan Women Playwrights Internasional (WPI) tersebut, Nawal juga membagi pengalamannya ketika harus menjalani hukuman penjara dalam pemerintahan Presiden Anwar Sadat dan 2 bukunya dilarang terbit. 



Nawal El-Sadawi lahir di desa Kafr Tahla, sebuah dataran rendak di Mesir pada tahun 1931. Nawal dilahirkan sebagai anak kedua dari 9 bersaudara, 6 diantaranya perempuan. Sejak kecil ia sudah berani “memberontak”, karena merasa ada yang salah didalam keluarga dan masyarakat. Yang paling tidak ia sukai sejak ia masih kanak-kanak adalah kakak laki-lakinya selalu mendapat hak-hak istimewa. Sejak kecil Nawal heran, mengapa ia dan saudara-saudara perempuannya bekerja lebih banyak, sedang saudara laki-lakinya tidak. Baginya, pengistimewaan anak laki-laki didalam keluarga itu tidak adil. “Mereka malas dan saya pandai, mengapa saya harus bekerja lebih banyak dirumah?” lalu ia menulis surat kepada Tuhan, “Tuhan, Engkaulah keadilan, kalau Engkau tidak adil, aku tidak siap mempercayai-Mu”. Menurutnya itu surat pertama yang ia tulis dan tidak pernah ia kirimkan.

Bisa dibilang Nawal adalah seorang perempuan yang luar biasa. ia bukan saja seorang pengarang, melainkan juga dosen, dokter, pemikir, serta aktivis sosial. Dan lebih dari itu, ia juga seorang istri dan ibu yang baik. Keistimewaannya ia tidak pernah berhenti menulis walaupun bukunya kena sensor dimana-mana. “Saya ini sulit untuk berbohong. Pengetahuan tidak bisa diubah. Bila Anda mengetahui sesuatu, bagaimana Anda akan menyembunyikan pengetahuan itu dari diri Anda sendiri?” katanya.
Menurut Nawal, dewasa ini banyak orang yang begitu mudah berbohong. Dengan berani ia mengatakan bahwa George W Bush dan Tony Blair berbohong ketika mengatakan ada senjata pemusnah massal di Irak. Sebenarnya mereka menyerang karena minyak dan menguasai kawasan itu. Lalu ia bertanya apa arti “Demokrasi” dan “Hak Asasi Manusia” ynag memberi legitimasi AS menyerang Irak? Apa arti multikulturalisme ketika malah mengotak-ngotakannya? apa arti keberagaman yang atas nama itu yang satu bisa menyerang yang lain?

Nawal El-Sadawi sangat anti-perbudakan, termasuk perbudakan mental dan pikiran. Baginya, ketakutan adalah bidan lahirnya perbudakan. Ketakutan harus dibongkar dengan menguakkan selubung pikiran. Menurutnya, perang yang paling mematikan dan berbahaya adalah perang didalam pikiran. Suatu kampanye untuk melancarkan kontrol dan menjinakkan akal sehat guna menguatkan kepatuhan.

Taken from: Kisah 40 Perempuan yang Mengubah Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar