My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Kamis, 12 Juni 2025

9 Ruh Manusia: Jejak Spiritual dalam Tubuh Fana

 Dalam tubuh manusia, hidup tidak semata ditentukan oleh denyut jantung atau tarikan napas. Kehidupan adalah harmoni dari berbagai lapisan ruh yang bekerja serempak, saling menopang dan menyeimbangkan eksistensi manusia. Dalam refleksi spiritual, dikenal sembilan ruh yang menjadi penopang utama keberadaan manusia secara utuh. Setiap ruh ini membawa perannya masing-masing—dari yang paling esensial hingga yang subtil dan transenden.

Ilustrasi lapisan ruh manusia


1.     Ruh Idhofi: Ruh Sentral Kehidupan

 

Ruh Idhofi adalah ruh utama, atau bisa disebut sebagai "nyawa". Ia adalah energi vital yang menghidupkan tubuh dan mengatur delapan ruh lainnya. Ruh ini keluar saat manusia mengalami sakaratul maut. Bila ia pergi, tubuh mati. Namun jika ruh-ruh lain terganggu atau keluar, tubuh bisa tetap hidup, meski dalam kondisi tidak sadar—seperti koma atau kehilangan kewarasan. Ruh ini sejalan dengan konsep Ruh Insani dalam tasawuf, yaitu esensi kehidupan yang ditiupkan Tuhan ke dalam jasad manusia (QS. As-Sajdah: 9).


2.     Ruh Ruhani: Pengendali Nafsu

 

            Ruh Ruhani bertugas mengelola nafsu dalam tubuh. Ia adalah pelatih batin yang harus mampu menundukkan ego dan keinginan rendah. Bila menang, manusia akan menjadi pribadi luhur; bila kalah, manusia jatuh dalam kubangan sifat-sifat hewani dan iblisiah. Dalam Islam, ini berhubungan dengan tingkatan nafs: ammarah (dorongan jahat), lawwamah (penyesalan), dan muthmainnah (tenang). Nafsu tidak bisa dihilangkan, tetapi dapat dikendalikan.

 

3.     Ruh Robbani: Pusat Ketenangan dan Konsentrasi

 

Ruh Robbani menghadirkan kedamaian dan kejernihan batin. Ia aktif saat manusia berada dalam kondisi khusyuk—baik saat dzikir, meditasi, atau tafakur. Ruh ini membawa fokus dan keheningan, mendekatkan manusia pada Sang Pencipta. Dalam sufisme, kondisi ini dikenal sebagai maqam fana, yaitu lenyapnya ego dalam kehadiran Ilahi.

 

4.    

Ruh Nurani: Cahaya Petunjuk Batin


Ruh Nurani adalah pelita dalam gelap. Ia memberi rasa empati, kepekaan, dan intuisi moral. Ruh ini sering menjadi target perusakan oleh kekuatan negatif karena cahayanya mengganggu kegelapan. Dalam Al-Qur'an, cahaya ini dianalogikan sebagai nurun 'ala nur (cahaya di atas cahaya) yang menerangi hati orang beriman (QS. An-Nur: 35).

 

5.     Ruh Rohmani: Aksi dari Empati

 

Ruh Rohmani adalah bentuk aktif dari nurani. Ia tidak hanya membuat manusia merasa iba, tetapi juga mendorong tindakan nyata: memberi, menolong, berkorban. Ruh ini adalah motor penggerak kebaikan sosial, dan berkaitan erat dengan konsep ihsan—berbuat baik dengan cinta.

 

6.     Ruh Kudus: Sumber Kenikmatan Spiritual

 

Ruh Kudus adalah ruh suci yang membuat manusia menikmati ibadah. Ia mengalirkan rasa manis dalam sujud, rindu dalam munajat, dan kenikmatan dalam dzikir. Dalam Al-Qur'an, Ruh al-Qudus kerap dikaitkan dengan Jibril, namun dalam konteks manusia, ini adalah ilham suci yang mendekatkan kita pada kasih sayang Ilahi (QS. An-Nahl: 102).

 

7.     Ruh Rewani: Penjelajah Mimpi dan Dimensi Halus

 

Ruh ini keluar dari tubuh saat manusia tidur, bermimpi, atau meraga sukma. Ia menjelajahi dimensi batin dan kerap membawa pesan dalam mimpi-mimpi jernih. Ruh Rewani dikaitkan dengan ayat: Allah mewafatkan jiwa ketika matinya dan ketika tidurnya (QS. Az-Zumar: 42).

 

8.     Ruh Jasmani: Operator Tubuh Fisik

 

Ruh Jasmani bertugas mengatur kerja biologis tubuh secara otomatis: detak jantung, sistem imun, regenerasi sel. Ia ibarat sistem kendali yang tak tampak namun bekerja tanpa henti. Dalam tradisi Tiongkok, ruh ini sejalan dengan aliran Qi yang mengalir di jalur energi tubuh.

 

9.     Ruh Nabati: Penumbuh Kehidupan

 

Ruh ini mengatur pertumbuhan manusia sejak dalam kandungan: perkembangan organ, tinggi badan, perubahan hormon. Ia seperti ruh tumbuhan dalam tubuh manusia—senyap, namun vital. Ruh Nabati dalam filsafat Yunani dikaitkan dengan vegetative soul, yaitu jiwa dasar makhluk hidup.

Kesembilan ruh ini bukan sekadar konsep metafisik, tetapi juga peta untuk memahami kompleksitas manusia. Mereka menjadi cermin bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis, tapi juga spiritual, sosial, dan ilahiyah. Menyadari keberadaan dan fungsi setiap ruh bisa menjadi langkah awal menuju pengenalan diri yang lebih utuh—menuju kebijaksanaan, ketenangan, dan pencerahan sejati.


 

Daftar Pustaka

  1. Al-Qur’an al-Karim
  2. Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya’ Ulum al-Din. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2005.
  3. Al-Attas, Syed Muhammad Naquib. The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul. Kuala Lumpur: ISTAC, 1990.
  4. Nasr, Seyyed Hossein. Man and Nature: The Spiritual Crisis of Modern Man. London: Allen & Unwin, 1968.
  5. Ibn Arabi. Futuhat al-Makkiyyah (The Meccan Revelations).
  6. Al-Qusyairi, Abdul Karim. Risalah al-Qusyairiyah fi Ilm at-Tashawwuf.
  7. Plato. Republic (terjemahan dan komentar mengenai tripartite soul).
  8. Aristotle. De Anima (On the Soul).
  9. Harun Yahya. Spirit: The Soul's Existence and Its Reality. Istanbul: Global Publishing, 2002.
  10. Capra, Fritjof. The Tao of Physics. Boston: Shambhala, 1975.
  11. Ricard, Matthieu. Why Meditate? Working with Thoughts and Emotions. Hay House, 2008.
  12. Kastrup, Bernardo. The Idea of the World: A Multi-Disciplinary Argument for the Mental Nature of Reality. John Hunt Publishing, 2019.
  13. Wang, J. & Kaptchuk, T.J. The Web That Has No Weaver: Understanding Chinese Medicine. McGraw-Hill, 2000.
  14. Goleman, Daniel. The Meditative Mind. New York: Tarcher/Putnam, 1988.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar