My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Rabu, 22 Januari 2014

Bencana Alam 2014: Antara Dosa dan Bencana


Januari 2014 Indonesia menangis. Belum usai dengan bencana meletusnya digunung Sinabung, beberapa penjuru ditanah air dilanda bencana banjir dan tanah longsor. Seperti di Jawa Tengah terutama jalur Pantura serta tak terkecuali Jakarta sebagai ibu kota negara kini juga sedang terendam oleh air. Bencana alam di negeri Indonesia tidak bisa dihindari. Beragam bencana banjir, gempabumi, tsunami, tanah longsor, erupsi gunung api, iklim ekstrim, kebakaran hutan, dan lainnya akan terus menjadi pencuri di malam hari bagi negeri ini. Tidak ada seorangpun ilmuwan yang dapat memastikan bahwa Indonesia aman dari bencana sehari saja. Fakta ini membuktikan bahwa bencana alam mau tidak mau harus dikenal dan diwaspadai dampaknya, terkhusus kepada efek buruk yang berpotensi mengancam korban jiwa.  Lalu mengapa ini semua bisa terjadi?



Penyebab dan Penanggulan Bencana Secara Logika

Data dari United States Geological Survey (USGS) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki tingkat kegempaan tertinggi di dunia, 10 kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat. Seiring dengan berkembangnya teknologi, beragam bencana alam baru menjadi tinjauan khusus di Indonesia. Pemanasan global, perubahan iklim, badai magnet, dan penurunan kualitas udara menjadi bencana terbaru di abad 21. Rangkaian bencana tersebut kini belum terlalu dirasakan dampaknya, namun akan menjadi bencana besar ketika manusia tidak memahami dan mewaspadai hingga menjadi bencana makro.
Upaya awal yang umumnya dilakukan oleh masyarakat umum pra-bencana adalah melakukan mitigasi bencana. Mitigasi bencana adalah usaha untuk mengurangi atau meminimalisir bahkan meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul akibat bencana, Titik berat diberikan pada tahap sebelum terjadinya segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). Bencana yang tidak bisa dihindari dan berpotensi menimbulkan banyak korban adalah bencana alam, diperkuat dengan data statistik tahun 1815-2013 yang dihimpun oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menunjukkan bahwa bencana banjir, tanah longsor dan puting beliung mendominasi jumlah bencana yang pernah terjadi di negeri ini. Usaha penanggulangan antara lain berupa :

1.       Memperhatikan bangunan pengendali banjir (bendungan/dam atau sumur resapan) serta kondisi sungai.
2.       Untuk jangka pendek dapat kita lakukan pengerukan dan/atau pelebaran sungai sebagai langkah antisipatif.
3.       Meninjau ulang konstruksi bangunan di masing-masing wilayah untuk dilakukan rekonstruksi menjadi bangunan tahan gempa.
4.       Dalam hal antisipasi tsunami, masyarakat pesisir dapat diberikan sosialisasi sirine penanda tsunami serta dapat dicanangkan pembangunan penghalang tsunami seperti tembok besar, karang, atau hutan mangrove skala besar.
5.       Reboisasi dan Terasering juga dapat dilakukan untuk mencegah tanah longsor serta kebakaran hutan. Keduanya harus terus dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem.
6.       Mitigasi berbasis kearifan lokal juga jangan diabaikan. Pembangunan rumah adat tahan gempa Omo Hada di lereng gunung api,

Penyebab dan Penanggulan Bencana Secara Agama & Metafisika
Bisa dibilang bencana yang kita alami masih belum seberapa bila dibandingkan dengan bencana-bencana yang pernah ada dimasa lampau ribuan tahun lalu. Dimana saking dahsyatnya sampai mematikan peradaban masyarakat tertentu. Hal ini sering kali disebutkan dalam Al-quran Cerita ini terdapat dalam surah Hud [11]: 61-68; Ibrahim [14]: 9; Al-A’raaf [7]:75-77; An-Naml [27]: 47-50; Al-Qamar [54]: 23-26; dan Asy-Syu’araa [26]:141-158.

Menurut AlQuran, kaum yang pertama kali dihancurkan adalah kaum Nuh.selanjutnya kaum Nabi Hud (‘Ad), kaum Nabi Saleh (Tsamud), kaum Nabi Luth yang melakukan hubungan sejenis, kemudian berturut-turut, kaum Nabi Musa (Firaun), kaum Nabi Syuaib (Madyan). Menurut Harun Yahya dalam bukunya Jejak Bangsa-bangsa Terdahulu, umat Nabi Nuh dihancurkan pada tahun 3000-2500 SM, kaum Ibrahim dan Luth awal tahun 2000 SM, umat Musa tahun 1300 SM, umat Hud (‘Ad) 1300 SM dan umat Nabi Saleh (tsamud) sekitar tahun 800 SM.

“Dan satu suara yang keras yang mengguntur menimpa orang-orang yang zhalim itu, lalu mati bergelimpangan di tempat tinggal mereka, seolah-olah mereka belum pernah berdiam di tempat itu. Ingatlah, sesungguhnya kaum Tsamud mengingkari Tuhan mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum Tsamud.” (QS. Hud[11]:67-68)
Mereka awalnya adalah bangsa yang berperadaban besar yang mampu menghasilkan teknologi dan karya seni masterpiece dizamannya. Namun karena kesombongan mereka yaitu tidak mau beriman dan mematuhi perintah nabi bahkan mengabaikan serta membunuh para utusan Allah. Sebagian besar dari mereka menyembah berhala yaitu kaum nabi Nuh, nabi Saleh, dan nabi Hud, serta melakukan penyimpangan seksual seperti kaum nabi Luth. Tentu membuat sang pencipta murka dengan mendatangkan bencana yang bagi Allah adalah suatu hal yang sangat mudah.  Kaum nabi Nuh diganjar oleh banjir, Kaum nabi Saleh oleh petir, dan kaum nabi yang lain dihantam oleh bencana alam dahsyat seperti erupsi gunung berapi dan gempa bumi. Ada beberapa yang menyisakan artefak sejarah, ada juga yang tak sempat meninggalkan bekas peradaban secuil-pun seperti peradaban Atlantis.

Belajar dari kisah Al-Quran yang telah dibuktikan oleh sejarah, seharusnya kita bisa belajar dari semua itu. Dan dari kisah itu kita bisa berinstrospeksi mungkin memang karena kita banyak dosa sehingga Tuhan menimpakan bencana ini. Korupsi, prostitusi, judi, ketidak-adilan, narkotika, minuman ber-alkohol, keserakahan, dan semua sifat setan yang bukan hal mustahil menjadikan alasan Allah menimpakan bencana ini.








Memang kita harus bisa belajar dari pengalaman, tsunami Aceh 2004 yang mencabut nyawa hingga 100.000 jiwa hanya dalam sekali sapuan samudra. Menggugah hati nurani kita sebanarnya siapa yang salah? Kita ini banyak dosa, namun anehnya kita masih sombong juga. Seperti umat terdahulu yang mendurhakai nabinya. Mungkin kita telah mendurhakai nabi kita Muhammad karena tidak mendengar atau cuek terhadap seruannya untuk beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Mari, Sering-seringlah melakukan taubat terhadap dosa besar maupun kecil yang pernah kita lakukan. Jangan lupa tunaikan solat lima waktu, puasa, zakat, naik haji, mengkaji Al-Quran, melakukan tindakan kebajikan, dan hindari segala larangan-Nya. Siapa tahu jika setiap pribadi kita yang menyadari musibah ini mau berintrospeksi dan membenahi diri. Insya Allah, Tuhan mendengar doa dan menerima taubat kita untuk mengampuni dosa-dosa kita.  Wallahua’lam bisshowab.


Referensi:
www.bmkg.go.id
http://hermadut.blogspot.com/2012/10/sisa-sisa-kehancuran-kaum-tsamud.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar