My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Kamis, 10 Juli 2014

Karakter dalam Mahabharata (3)


Ayah dan Paman Pandhawa - Kurawa
Untuk karakter berikutnya dalam Mahabharata versi ANTV yang hendak saya bahas selanjutnya adalah ayah dan paman dari Pandawa dan Kurawa yaitu Destrarastra, Pandhu, dan Widura. Ketiga orang tersebut merupakan putra dari anak Satyawati yang bungsu yaitu Wicitrawirya. Mereka bertiga terlahir dari 3 ibu yang berbeda dan bisa dikatakan bukan anak biologis Wicitrawirya melainkan melalui upacara yang dikenal dengan upacara Niyog. Dimana upacara ini diadakan oleh resi Byasa yang merupakan anak dari Satyawati pertama sebelum menikah dengan prabu Santanu, yang juga masih punya darah keturunan bharata dari ayahnya. Yap! Langsung saja..


Ayah dan paman Pandhawa-Kurawa

1.       Destrarastra
Pangeran yang terlahir dari ibu Ambika ini telah buta sejak lahir akibat dari ibunya yang menutup mata disaat upacara niyog. Meski demikian Destrarastra digambarkan memiliki perawakan yang kuat yang setara dengan tenaga seratus gajah. Disisi lain bisa dikatakan karakternya sangat lembek dan subjektif tidak cukup bijaksana sebagai pemimpin yang baik. Sebagai anak pertawa bangsa Kuru memang seharusnya ia menjadi seorang raja, namun karena cacat fisik maka kekuasaan diberikan kepada adiknya Pandhu. Sayang, Pandhu mati muda sehingga terjadi kekosongan kekuasaan, oleh sebab itu Destrarastra diminta menggantikan Pandhu sebagai raja tapi hanya untuk sementara waktu.

Destrarastra, Ayah Kurawa
 
Destrarastra menikah dengan seorang putri yang bernama Gandari yang diberkahi dengan 100 anak dari dewa Shiwa. Ia sempat merasa beruntung, karen selain memiliki istri cantik, menjadi ayah dari 100 anak merupakan kebanggaan yang luar biasa. Namun kegembiraannya itu tak berlangsung lama ketika mengetahui calon istrinya menutup mata dengan sehelai kain. Dia menilai bahwa perbuatan Gandari telah menghina kebutaannya dan meminta istrinya untuk menghentikan kekonyolan itu. Namun Gandari sudah bersumpah bahwa apa yang dilakukannya ini adalah wujud kesetiaan seorang istri. Meski sempat marah dan tidak mau menggauli istrinya, Destrarastra akhirnya tersadar bahwa rasa cinta istrinya sangat besar.

Karakter lembek Destrarastra terlihat pada saat kelahiran putra pertamanya Duryudana, dimana senior bangsa Kuru yaitu Bisma dan Kripa termasuk adiknya Widura memiliki firasat buruk tentang bayi yang lahir ini. Bahwa suatu hari akan menadi malapetaka dimasa depan. Untuk itu mereka menyarankan Destrarastra agar membunuh anak pertamanya itu (Toh, masih sisa 99, kan? Hehe). Namun dia menolak, karena rasa cinta kasih seorang ayah yang terlampau besar. Karakter lembek yang lain adalah ketika ia tidak bisa mendidik anak dengan baik sehingga lebih banyak dididik oleh adik iparnya Sangkuni yang jahat ya semakin jahat deh anaknya. Kelembekannya terlihat ketika Dursasana berusaha menelanjangi Drupadi istri Pandhawa didepan umum, namun ia sebagai raja tidak bisa berbuat apa-apa. Termasuk saat keseratus anaknya harus mati dipertempuran Kurusetra, iapun tak bisa berbuat apa-apa. Terlebih kejahatan putra-putranya yang terlampau berat sehingga tidak ada alasan untuk membiarkan Kurawa tetap hidup.

Karakter dari Destrarastra ini adalh tokoh pertama yang mendapat diskriminasi, kecacatan fisiknya tidak mempersilakannya menjadi raja. Namun alasannya memang masuk akal bagaimana bisa melihat keadilan kalau melihat dunia saja tidak bisa. Meski bisa menjadi raja, namun maksudnya? Raja sementara waktu? Tapi kok lama ya? agak aneh
Karakter manusiawi namun juga lembek subjektivitas sifat seorang ayah membutakannya untuk melihat realitas sebab akibat dan yang terpenting melihat keadilan. Repot kalau punya raja atau presiden macam begini. Dia berusaha membela anaknya walaupun membela kejahatan karena tidak bisa berpikir jernih.

2.       Pandhu
Pangeran sekaligus raja Hastina Pura ini merupakan ayah dari para Padhawa. Dalam kisah cerita ia dilahirkan oleh ibu Ambalika dalam keadaan yang lebih baik dari kakak tirinya Destrarastra. Meskipun dalam sinetron di AnTV tidak diperlihatkan secara kentara kelemahan fisiknya seperti halnya Destrarastra, namun ada yang menyebutkan karena ketika upacara Niyog Ambalika dalam keadaan pucat, maka anak yang dilahirkan yaitu Pandhu menderita Anemia. Ada pula versi yang menyatakan Pandhu terlahir dalam dalam keadaan “tengeng” (leher berpaling), karena ibunya memalingkan wajah saat upacara berlangsung.

Pandhu, Ayah Pandhawa


Pandhu sangat nge-fans pada kakaknya Destrarastra bahkan ia tidak sempat berpikir untuk ingin menjadi raja saat sebelum upacara penobatan. Namun, ketika penobatan Destrarastra gagal karena alasan kebutaannya, secara otomatis Pandhu-lah yang menggantikan.  Orde kerajaan Hastina Pura  yang dipimpin Pandhu cukup singkat, setelah menikah dengan Kunti tak lama kemudian ia mendapat panggilan perang untuk membantu negara tetangga. Tak disangka tak dinyana, ditinggal suami berperang belum sempat malam pertama pengantin, Pandhu membawa madu baru yang bernama Madri. Walau hatinya hancur, Kunti tetap tabah dan menunjukkan martabatnya sebagai Ratu yang baik  menerima Madri dengan tangan terbuka sebagai madu barunya.

Sayang, isteri kedua Pandhu yaitu Madri tidak membawa keberuntungan malah membawa petaka baginya. Walau cantik dan lebih muda namun rasa irinya pada Kunti yang scara seorang Ratu dan istri pertama Pandhu membuatnya merasa bahwa Kunti adalah saingannya. Sering kali untuk memuluskan permintaannya pada Pandhu selalu diembel-embeli “Aku tidak meminta tahta sebagai seorang ratu, aku hanya ingin kamu melakukan ini untukku”. Hal inilah yang menjadi awal mula keapesan Pandhu, ketika mereka bertiga (Pandhu, Kunti, dan Madri) berbulan madu kehutan, tanpa sengaja mereka melihat sepasang rusa yang cantik. Spontan Madri meminta suaminya untuk menangkapkan rusa itu agar bisa dikuliti dan dijadikan perhiasan fashion-nya. Namun, mendengar hal itu Kunti tidak setuju dan meminta Pandhu agar membiarkannya lepas.

Sebagai pembelaan Madri tidak mau kalah, maka ia menggunakan jurus andalan kalimat “Aku tidak meminta tahta sebagai seorang ratu, aku hanya ingin kamu melakukan ini untukku”. Sempet ‘gedeg’ juga ya.. sama ni cewek, biarpun lebih cantik dari Kunti tapi namun perilakunya egois. Tapi, apalah daya suami yang ingin membahagiakan istri, nalarnya pun tidak dipakai. Alih-alih mendengar permohonan istri pertamanya yang lebih bijaksana, malah ia melakukan permintaan istri muda yang meminta karena nafsu hedonis. Singkat cerita terbunuhlah kedua rusa itu hanya dengan satu panah. Dan ternyata, sang rusa berubah wujud menjadi seorang Resi yang dikenalnya bernama Kindhama bersama istrinya. Keduanya sedang bercinta namun dalam perwujudan hewan Rusa. Nah, mengetahui telah melakukan kesalahan fatal, maka Pandhu meminta maaf atas kesalahannya itu. Nasi sudahmenjadi bubur, sang resi terlanjur sekarat dan menyumpahi bahwa jika Pandhu bercinta dengan wanita maka ia akan mati. Eaa..

Karena sumpah selalu jadi kenyataan, maka daripada tidak bisa memberi keturunan bagi dinasti Kuru , Pandhu memilih mengasingkan diri kehutan ditemani kedua istrinya. Pihak kerajaan dan rakyat hanya tahu bahwa kejahatan Pandhu hanya membunuh tanpa tahu kalau ia juga disumpahi. Maka rahasia ini hanya milik mereka bertiga. Sesampainya dihutan, Kunti curhat pada suaminya bahwa ia memiliki anugrah bisa memiliki anak tanpa harus berhubungan intim dengan laki-laki hanya dengan membayangkan dewa dan anaknya nanti akan memiliki sifat dewa itu. Pandhu bahagia mendengarnya dan meminta Kunti untuk punya  beberapa anak yang nantinya menjadi pewaris dinasti Kuru.

Terwujudlah keinginan Pandhu, namun setelah 15 tahun berlalu. Entah lupa atau apa dengan sumpahnya, ketika pandawa lima sudah terlihat anak-anak. Pandhu melanggar sumpah resi itu karena tertarik dengan kemolekan istri keduanya Madri. Peristiwa inilah sekaligus mencabut nyawanya padahal disaat yang bersamaan neneknya Satyawati dan adiknya Widura sedang dalam perjalanan untuk memintanya kembali menjadi raja. Rasa bersalah yang mendalam muncul yang kemudian disusul pula oleh Madri, istri penyebab kematiannya.

3.       Widura
Widura merupakan pangeran yang awalnya kurang diinginkan oleh neneknya Satyawati karena lahir dari seorang dayang berbeda dengan kedua kakaknya yang lahir dari kedua istri Wicitra Wirya. Namun atas bujukan Bisma sang ratupun mau mengakuinya. Widura adalah yang paling bijaksana diantara ketiga pangeran itu walaupun secara fisik tidak setampan kedua kakaknya, tapi pendapatnya selalu didengar bahkan sampai dimedan perang Kurusetra.


Widura, Paman Pandhawa dan Kurawa
Widura merupakan orang yang tanggap ketika timbul niat jahat di hati Dretarastra dan Duryodana untuk menyingkirkan para Pandawa. Maka sebelum Pandawa berangkat ke Waranawata untuk berlibur, Widura memperingati Yudistira agar berhati-hati terhadap para Korawa dan ayah mereka, yaitu Dretarastra. Saat keselamatan para Pandawa dan ibunya terancam di Waranawata, berkali-kali Widura mengirimkan pesuruh untuk membantu para Pandawa meloloskan diri dari setiap bencana yang menimpanya.
Dalam pertikaian antara Korawa dan Pandawa mengenai masalah Hastinapura, Widura telah berusaha untuk mendamaikannya, mengingat bahwa kedua belah pihak adalah satu keluarga dan saudara. Dalam usahanya mencari perdamaian ia menghubungi sesepuh-sesepuh Pandawa dan Korawa, antara lain Resi Bisma, Resi Drona, Prabu Dretarasta, Sri Kresna, Yudistira dan Duryodana serta menyatakan bahwa ialah yang menulis piagam penyerahan Hastinapura dari Resi Byasa (Abiyasa) kepada Prabu Dretarasta sebagai pemangku kerajaan setelah Prabu Pandudewanata mangkat. Ketika perang di Kurukshetra berkecamuk, Widura tetap tinggal di Hastinapura meskipun ia tidak memihak para Korawa.

Karakter Sebelumnya: 
Karakter Selanjutnya:

2 komentar: