My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Jumat, 29 November 2013

Momen Berkesan Tentang Solo

Satu kesan yang tak mungkin terlupakan dan berharga bagiku tentang kota Solo adalah pengalamanku sewaktu masih SD, kira-kira sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Memori inilah yang menjadi first impression sekaligus mengesankan tentang kota yang unik ini. Masih berbekas dalam ingatanku tentang kota Solo, ada 3 babak yang ingin kuceritakan tentang pengalamanku dikota ini.  Pertama,  waktu itu aku masih kecil, dan dua lainnya setelah aku beranjak dewasa. Seperti apa kesan-kesanku tentang kota Solo yang terekam sejak saat itu hingga kini?




Pertama, menginjak kelas 5 SD, liburan sekolah aku habiskan pergi ke Solo bersama keluarga yaitu Ayah, Ibu dan Adik. Awalnya, kami bertujuan ke pasar Klewer untuk berbelanja keperluan rias pengantin. Maklum, waktu itu ibuku masih muda dan sangat bersemangat menekuni hobi dan profesi barunya sebagai perias pengantin. Alasan mengapa ibu berminat mengunjungi pasar Klewer, karena menurutnya Klewer merupakan pusat grosir perlengkapan rias pengantin tradisional yang terlengkap. Entah itu dari sketsel (dekorasi), kostum (pakaian dan sepatu selop), atau barang pendukung kostum lainnya seperti keris asesoris, sanggul tempel, bunga ronce imitasi, dan sebagainya. Konon katanya, di Klewer ini pula sanggul tempelnya masih banyak yang terbuat dari rambut asli manusia. Bukan itu saja, sisirnya pun juga masih ada yang terbuat asli dari tanduk kerbau. Wah.. dijamin awet bertahun-tahun, lho..



Dalam perjalanan menuju Klewer saat itu sebenarnya keluarga kami sangat dikejutkan dengan keramaian arak-arakan disekitar alun-alun yang tentu saja membuat mobil kami susah lewat saat itu. Ternyata waktu kunjungan kami bebarengan dengan event akbar kota Solo! Ya, waktu itu pertama kalinya aku diperkenalkan dengan acara Sekaten yang dirayakan setahun sekali dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sekaten (berasal dari kata Syahadatain) adalah upacara yang diadakan setiap tanggal 5 Mulud menurut penanggalan Jawa. Upacara ini serentak diadakan di dua kota, yakni Solo dan Yogyakarta. Tradisi ini sudah ada sejak zaman Kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Saat gamelan ditabuh, masyarakat berbondong-bondong datang, dan saat itulah Walisongo melakukan syiar. Hingga kini tradisi gamelan tetap dipertahankan sebagai penanda dimulainya perayaan Sekaten.

 

Puncak perayaan Sekaten ditandai dengan diadakannya Grebeg Mulud, yang ditandai dengan keluarnya Gunungan Jaler dan Gunungan Estriakan. Dua tumpeng raksasa tersebut diarak dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung sekitar pukul 08:00. Momen puncak ini menarik perhatian ribuan warga. Mereka tak hanya datang dari Solo, namun juga daerah-daerah di sekitarnya, seperti Sragen, Karanganyar, Wonogiri, dan lain-lain.

Karena keramaian itu, mobil diparkir seadanya dan kami memutuskan untuk menaiki Becak Khas Solo. Berbeda dengan becak kota Semarang tempat saya tinggal yang kesannya gagah dan besar, becak solo ukurannya lebih kecil seperti halnya becak di Yogya. Inilah seninya naik becak, dengan filosofi “Alon-alon penting kelakon” atau “Pelan-pelan yang penting sampai” penumpang bec ak dimanja dengan desiran angin yang membuai. Tak jarang anak kecil seperti saya kala itu bisa tertidur saat menumpangi becak, hehe.. 

Selain alat transportasi sederhananya yaitu becak, kesan tak terlupakan lagi adalah snack atau jajanannya yang sekarang udah mulai jarang ditemukan yaitu Jipang atau berondong. Makanan ini terbuat dari jagung atau beras yang hampir mirip pop-corn, namun saling lengket satu sama lain dan dicetak baik kotak maupu bulat. Lengketnya biasanya dikarenakan oleh gula atau karamel. Warnanya ada yang putih polos, merah, hijau, atau coklat karamel. Tidak seperti kebanyakan snack ‘modern’ yang biasa ditemukan di Mall dengan kemasan elit, jipang Cuma bisa ditemukan dipasar tradisional dan biasanya Cuma dikemas plastik.



Kedua, berbeda sewaktu SD saat langsung melihat event tradisionalnya yang terkenal. Termasuk memasuki keraton, yang sekarang aku sudah agak-agak lupa, (hehe). Pengalaman kedua ini kualami waktu aku masih duduk dikursi kuliah. Kali itu bersama teman-teman pergi ke tempat wisatanya yaitu Air Grojogan Sewu Tawang Mangu. Air terjun Grojogan Sewu terletak di Tawangmangu suatu kawasan sebelah barat lereng gunung Lawu dengan ketingggian 1.305 m, berudara segar banyak terdapat villa dan penginapan.

Tawangmangu  merupakan Sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang dapat ditempuh selama satu jam dari pusat kota Solo. Kecamatan ini ternama karena merupakan daerah wisata yang sangat sejuk. Kalau suasananya sih mirip dengan Kopeng atau Bandungan Semarang, tapi yang bikin beda derasnya air terjun Grojogan Sewu nggak ada yang ngalahin. Untuk pergi ke Grojogan Sewu dapat dicapai dari kota Solo dengan menggunakan bus jurusan Solo – Tawangmangu.



Ketiga, aku pergi ke Solo sekitar 2 tahun lalu, saat bermaksud pergi ke pusat kota Jogja . Karena saudaraku yang dipropinsi Jogja letaknya cukup  jauh dari pusat kota yaitu di Bantul, maka aku memutuskan untuk menerima tawaran menginap di rumah bibi temanku yang berdomisili di Solo. Kebetulan rumahnya berada di belakang PGS (Pusat Grosir Solo), dan katanya ada berbagai dagangan jajanan tradisonal yang hanya pada malam hari disekitar sana. Sehingga aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.

Ya! pasar jajan malam ini disebut Galabo (Gladag Langen Bogan) Seru juga menikmati malam minggu di Solo. Aku penasaran seperti apa sih Galabo di depan PGS itu. Jika siang hari tetap sebagai jalan raya, sedangkan pada malam hari jalan ditutup untuk menjadi arena kuliner. Setiap malam selalu dipenuhi pengunjung baikm dari masyarakat Solo maupun yang datang dari luar Kota solo yang penasaran dengan wiasata kuliner malam ini, Gladag Langen Bogan merupakan salah satu pilihan baru sebagai salah satu tujuan wisata di kota Solo. 



Pusat jajanan malam hari ini menawarkan aneka macam makanan dan minuman khas tradisional yang sudah legendaris di Kota Solo.Disini masyarakat dan wisatawan dapat menemukan dengan mudah berbagai makanan dan minuman khas Solo seperti thengkleng, sate kere, mie thoprak, wedang ronde, wedang dongo, dan masih banyak lagi di Gladag Langen Bogan yang digelar di sepanjang jalan utama depan Pusat Grosir Solo.

Itulah beberapa kesan yang aku rasakan dikota Solo, sangat mengesankan. Selain hal-hal unik yang nggak bisa aku dapetin dari tempat lain, di Solo pula orang-orangnya paling ramah dibanding ditempat wisata lain, lho.. Jadi selama nggak malu bertanya, dijamin deh nggak bakal tersesat di Kota Solo. Karena  orang-orang Solo akan dengan senang hati membantu kita dalam menunjukkan jalan. Have a nice trip to Solo! Hehe..









Tidak ada komentar:

Posting Komentar