My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Kamis, 24 Oktober 2013

Paradigma Kesehatan : Hygea Dan Asklepios

Dalam ilmu kesehatan ada 2 paradigma penting diketahui baik itu untuk tenaga medis atau masyarakat awam. Bagaimanapun, kesehatan adalah tanggung jawab siapa saja terlebih bagi mereka yang masih tergolong dalam usia produktif. Tidak dipungkiri bahwa masalah kesehatan muncul setelah seseorang memasuki usia senja. Hal ini selain disebabkan oleh daya regenerasi tubuh yang menurun, gaya hidup masa muda yang acuh tak acuh pada kesehatan juga menjadi faktor pemicu terserangnya penyakit. Bersamaan dengan itu, tulisan ini juga sebagai himbauan kepada para dokter dan tenaga medis lainnya bahwa mereka tidak hanya berperan sebagai pengobat tetapi juga penasihat masyarakat untuk gaya hidup sehat. Untuk itu saya ingin perkenalkan konsep 2 paradigma kesehatan yaitu Hygea dan Asklepios.


Istilah Asklepios dan Hygea diambil dari mitologi Yunani, Asklepios yaitu Dewa ilmu Kedokteran, sedangkan Hygea yang cantik adalah Dewa Kesehatan. Secara umum dalam dunia kesehatan terdapat dua mahzab besar, meminjam istilah dari seorang dokter hebat, Dr. Andrew Weil, yaitu penganut Hygea dan penganut Asklepios. Kedokteran modern yang berkiblat ke dunia barat umumnya adalah penganut Asklepios yang fokus paradigma besarnya mengidentifikasi agen-agen eksternal penyakit dan mengembangkan senjata-senjata untuk melawannya. Dokter tipe Asklepios menguras energinya untuk mengobati penyakit, memulihkan kesehatan dengan mengoreksi setiap cacat yang disebabkan oleh peristiwa-peristiwa bawaan maupun kecelakaan/trauma dalam kehidupan. Asklepios-isme lebih memilih “mengobati dari luar”. model kedokteran Asklepios ini meski tidak dipungkiri menyulap ilmu kedokteran menjadi sebuah ilmu yang sangat canggih namun juga bertanggung jawab menyeret dunia kesehatan menjadi begitu mahal dan menguras sangat banyak sumber daya ekonomi. 

Sementara yang dianggap penting dalam kedokteran mahzab hygea adalah menemukan dan mengajarkan “hukum-hukum alam” yang akan menggiring orang memperoleh kesehatan paripurna. Dokter tipe Hygea mempunyai pusat perhatian yang berbeda, ia cenderung menjelajahi cara-cara untuk menguatkan ketahanan internal untuk melawan penyakit, konsep ini mengandaikan bahwa tubuh pada dasarnya memiliki kemampuan alami untuk bertahan dan mengadapi bibit-bibit penyakit. Hygea-isme lebih memilih penyembuhan dari “dalam” dengan membuat utuh, yakni mengembalika keutuhan dan keseimbangan, karena watak dasar tubuh adalah menginginkan kesehatan.

Perdebatan antara hygea dan Asklepios berlangsung sepanjang zaman. Konon di abad 19, dua dokter hebat yakni Louis Pasteur dan Claude Bernard memperdebatkan tema ini, mereka saling berselisih paham apakah yang terpenting dalam suatu mekanisme penyakit; lahannya (tubuh manusia sebagai host) atau bibit penyakitnya (agent)? Disaat menjelang ajalnya, Pasteur, dokter yang akrab dengan mikroorganisme di laboratorium itu mengakui dengan mengatakan : “Bernard avait raison. Le germe n’est rien c’est letarrain qui est tout”. (Bernard betul, kuman tidak berarti apa-apa, lahan lebih penting daripada bibitnya).

Meski demikian perlu juga menjaga sayap keseimbangan, bahwa kedokteran kuratif tidak boleh diarahkan menjadi ilmu kedokteran yang defensif, kehebatan kedokteran modern menyingkap misteri-misteri anatomi fisiologi manusia harus diteruskan seoptimal mungkin mencari, menemukan, mengelaborasi, dan memecahkan semua teka-teki misterius tubuh manusia dan dunia penyakit. Sejalan dengan itu juga berkembang ilmu kedokteran pencegahan yang mengajarkan tentang sistem imunitas, interaksi pikiran tubuh, aspek-aspek kejiwaan, dan modalitas-modalitas natural yang mungkin untuk meningkatkan imunitas dan kebugaran, dsb.

Referensi :
penggalan buku "Kenapa Rasulullah SAW tidak pernah sakit"