Dalam tradisi Jawa, mongso (musim) adalah pembagian waktu dalam setahun yang berjumlah 12 musim, masing-masing memiliki ciri khas tertentu, terutama terkait iklim dan pertanian. Pembagian ini tertuang dalam sistem Pranata Mangsa, yang sejak zaman dulu digunakan oleh para petani untuk menentukan waktu bercocok tanam. · Pranata Mangsa disusun berdasarkan pengamatan alam, bukan kalender astronomis modern. Metode ini cocok digunakan untuk pertanian, terutama untuk tanaman musiman seperti padi dan palawija. Pengetahuan ini masih dipakai di beberapa daerah pedesaan di Jawa.
![]() |
Ilustrasi kalender pranata mangsa |
Berikut adalah 12 mongso dalam Pranata Mangsa:
No |
Nama Mangsa |
Tanggal Masehi (kurang lebih) |
Lama |
Ciri Musim |
1 |
Kasa |
22 Juni
– 1 Agustus |
41 hr |
Musim
kemarau mulai, panas. |
2 |
Karo |
2
Agustus – 24 Agustus |
23 hr |
Kemarau
masih berlangsung. |
3 |
Katelu |
25
Agustus – 17 September |
24 hr |
Kemarau
akhir, mulai angin. |
4 |
Kapat |
18
September – 12 Oktober |
25 hr |
Musim
pancaroba, mulai hujan. |
5 |
Kalima |
13
Oktober – 7 November |
26 hr |
Hujan
mulai sering turun. |
6 |
Kanem |
8
November – 2 Desember |
25 hr |
Hujan
intensif, tanah subur. |
7 |
Kapitu |
3
Desember – 27 Desember |
25 hr |
Hujan
puncak, cocok tanam padi. |
8 |
Kawolu |
28
Desember – 20 Januari |
24 hr |
Hujan
masih lebat. |
9 |
Kasanga |
21
Januari – 12 Februari |
23 hr |
Hujan
mulai berkurang. |
10 |
Kasadasa |
13
Februari – 5 Maret |
21 hr |
Musim
tanam kedua. |
11 |
Desta |
6 Maret
– 28 Maret |
23 hr |
Hujan
reda, mulai panas. |
12 |
Saddha |
29
Maret – 21 Juni |
85 hr |
Musim
panas panjang, kemarau. |
Pranata Mangsa dan Manusia
Pemahaman Pranata Mangsa tidak hanya bermanfaat secara praktis
untuk pertanian, tetapi juga sarat makna filosofis,
dan bahkan bisa dikaitkan dengan siklus tubuh manusia, emosi, dan
spiritualitas. Di bawah ini penjelasan tiap mongso secara lebih dalam, menyentuh aspek eksistensial dan spiritual Jawa:
🌀 1. Kasa (22 Juni – 1 Agustus)
Simbol: Lahirnya kesadaran
Filosofi: Awal perjalanan manusia, saat benih kehidupan ditanam. Musim
kering mencerminkan "jiwa gersang" yang sedang mencari makna.
Tubuh/Emosi: Fase baru, penuh gairah namun mentah.
🌬️ 2. Karo (2 Agustus – 24 Agustus)
Simbol: Pembentukan ego
Filosofi: Musim keras dan panas, menggambarkan dorongan kehendak dan pembentukan
identitas.
Tubuh/Emosi: Fase pertumbuhan fisik, energi banyak, tapi mudah goyah.
🍂 3. Katelu (25 Agustus – 17 September)
Simbol: Kematangan awal
Filosofi: Musim mulai sejuk, angin banyak. Jiwa mulai merenung.
Tubuh/Emosi: Pencerahan kecil-kecilan. Seperti remaja yang mulai
berpikir.
🌧️ 4. Kapat (18 September – 12 Oktober)
Simbol: Perubahan besar
Filosofi: Musim pancaroba, menggambarkan masa krisis atau transisi
batin.
Tubuh/Emosi: Fase rentan secara emosional, perlu arah.
🌱 5. Kalima (13 Oktober – 7 November)
Simbol: Tumbuhnya harapan
Filosofi: Awal hujan. Hati dan jiwa mulai subur oleh pengetahuan dan
pengalaman.
Tubuh/Emosi: Fase penerimaan, mulai seimbang.
🌾 6. Kanem (8 November – 2 Desember)
Simbol: Masa subur
Filosofi: Jiwa menerima dan memberi. Alam mengajarkan bahwa semua ada
siklusnya.
Tubuh/Emosi: Fase produktif. Waktu terbaik untuk mencipta.
🌧️ 7. Kapitu (3 Desember – 27 Desember)
Simbol: Puncak kejiwaan
Filosofi: Hujan deras. Jiwa melewati ujian batin.
Tubuh/Emosi: Refleksi mendalam, spiritualitas tinggi.
🌊 8. Kawolu (28 Desember – 20 Januari)
Simbol: Pembersihan
Filosofi: Alam mencuci luka dan sisa ego. Jiwa diajak pasrah.
Tubuh/Emosi: Detoksifikasi emosional.
🌤️ 9. Kasanga (21 Januari – 12 Februari)
Simbol: Harapan baru
Filosofi: Musim terang kembali, tetapi masih ada sisa hujan. Perjalanan
baru dimulai dengan bekal bijak.
Tubuh/Emosi: Pemulihan, jiwa mulai ringan.
🌾 10. Kasadasa (13 Februari – 5 Maret)
Simbol: Kematangan spiritual
Filosofi: Musim tenang, stabil, penuh syukur.
Tubuh/Emosi: Fase kedewasaan, puncak keharmonisan.
🔥 11. Desta (6 Maret – 28 Maret)
Simbol: Ujian batin
Filosofi: Hati diuji lewat panas dan kering. Apakah masih kuat menjaga
nilai-nilai?
Tubuh/Emosi: Fase ujian batin mendalam.
🌞 12. Saddha (29 Maret – 21 Juni)
Simbol: Kematangan penuh
Filosofi: Musim panjang dan panas. Gambaran manusia yang sudah matang
dan siap menabur kembali.
Tubuh/Emosi: Fase bijaksana, penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Sifat Manusia Berdasarkan
Mangsa Kelahirannya
Dalam tradisi Jawa, setiap mangsa (mongso)
tidak hanya mencerminkan musim dan keadaan alam, tetapi juga sifat-sifat
manusia, serta berada di bawah perlindungan atau pengaruh Batara
(dewa-dewa dalam kosmologi Jawa yang bersumber dari pengaruh Hindu-Jawa).
Mari kita bahas satu per satu, berdasarkan Pranata
Mangsa klasik, sifat manusia yang dilahirkan dalam tiap musim, dan Batara
yang menaunginya:
🌞 1. Kasa (22 Juni – 1 Agustus)
Sifat manusia: Tangguh, pekerja keras, tegas,
tahan banting, namun terkadang keras kepala dan kurang fleksibel.
Batara yang menaungi: Batara Indra
– Dewa perang dan kekuatan. Memberi keberanian dan kemampuan bertindak cepat.
🔥 2. Karo (2 Agustus – 24 Agustus)
Sifat manusia: Cerdas, kritis, cepat
belajar, tetapi sering gelisah dan mudah bosan.
Batara: Batara Bayu
– Dewa angin dan gerak. Memberi semangat dan kecepatan, tetapi bisa membuat
tidak tenang.
🍂 3. Katelu (25 Agustus – 17 September)
Sifat manusia: Artistik, halus budi,
suka keindahan dan kedamaian, kadang terlalu sensitif.
Batara: Batara Kuwera
– Dewa kekayaan dan seni. Memberi rasa estetis dan daya cipta.
🌧️ 4. Kapat (18 September – 12 Oktober)
Sifat manusia: Pandai beradaptasi, suka
perubahan, komunikatif, tetapi tidak konsisten.
Batara: Batara Candra
– Dewa rembulan. Mewakili sisi emosional dan reflektif manusia.
🌱 5. Kalima (13 Oktober – 7 November)
Sifat manusia: Sabar, tekun, penyabar,
sangat bijaksana untuk usianya, tapi cenderung pasif.
Batara: Batara Wisnu
– Dewa pemelihara dan pelindung kehidupan. Memberi kebijaksanaan dan
ketenangan.
🌾 6. Kanem (8 November – 2 Desember)
Sifat manusia: Pemimpin alami,
berwibawa, berorientasi pada hasil, tetapi bisa dominan.
Batara: Batara Guru (Siwa)
– Dewa tertinggi, guru segala ilmu. Memberi wawasan tinggi dan tanggung jawab
spiritual.
🌧️ 7. Kapitu (3 Desember – 27 Desember)
Sifat manusia: Penuh perasaan,
spiritual, peka, dan suka menyendiri.
Batara: Batara Kamajaya
– Dewa cinta. Memberi rasa kasih dan kedalaman rasa.
🌊 8. Kawolu (28 Desember – 20 Januari)
Sifat manusia: Filosofis, mendalam,
rajin mencari makna, namun mudah ragu.
Batara: Batara Yamadipati
– Dewa pengadil. Membentuk kesadaran akan nilai, moral, dan keadilan.
🌤️ 9. Kasanga (21 Januari – 12 Februari)
Sifat manusia: Optimis, suka tantangan,
dan sangat percaya diri, tetapi bisa ceroboh.
Batara: Batara Surya
– Dewa matahari. Memberi energi vital dan inspirasi kehidupan.
🌾 10. Kasadasa (13 Februari – 5 Maret)
Sifat manusia: Penuh cinta kasih,
penyayang, sangat sosial, tetapi mudah terluka.
Batara: Batara Asmara
– Dewa asmara. Memberi kemampuan mencintai dan memahami orang lain.
🔥 11. Desta (6 Maret – 28 Maret)
Sifat manusia: Rajin, ulet, ambisius, logis,
tetapi keras hati.
Batara: Batara Kala
– Dewa waktu dan perusak ego. Memberi kekuatan untuk transisi besar dan
mengakhiri siklus lama.
☀️ 12. Saddha (29 Maret – 21 Juni)
Sifat manusia: Stabil, tahan banting,
sederhana, tapi kadang tidak peka.
Batara: Batara Brahma
– Dewa pencipta. Memberi daya penciptaan dan kemampuan membangun dari dasar.
🌿 Kesimpulan dan Makna Spiritual:
- Dalam
kosmologi Jawa, manusia dianggap makhluk mikro-kosmos yang
mencerminkan alam (makro-kosmos).
- Lahir
dalam mongso tertentu berarti manusia membawa "getaran
waktu" dari alam yang membentuk karakternya.
- Batara
tidak disembah secara literal, tapi dipahami sebagai energi arketipal
yang hidup dalam diri manusia.
Dialog Reflektif Batin
🌞 1. Kasa – Dalam Lindungan Batara Indra
Aku (jiwa): Mengapa hidup terasa keras
dan panas, bahkan sejak aku mulai berjalan?
Batara Indra: Karena kau lahir untuk
menguji nyalimu. Aku tiupkan kekuatan padamu agar kau tak mudah tumbang.
Keberanianmu adalah cambuk, tetapi jangan biarkan ia menjadi belati bagi
sesamamu.
🔥 2. Karo – Dalam Lindungan Batara Bayu
Aku: Pikiranku berlari lebih
cepat dari nafasku. Mengapa tak bisa tenang?
Bayu: Aku anugerahimu kecepatan
dan gelisah agar kau tak tertidur dalam kenyamanan.
Tapi belajarlah menjadi angin yang menenangkan, bukan badai yang merusak.
🍂 3. Katelu – Dalam Lindungan Batara Kuwera
Aku: Mengapa aku begitu mudah
tersentuh oleh keindahan, namun begitu rapuh?
Kuwera: Karena kau ditakdirkan
merasakan lebih dalam.
Lewat seni dan rasa, kau akan menemukan bentuk tertinggi dari kebijaksanaan: welas
asih.
🌧️ 4. Kapat – Dalam Lindungan Batara Candra
Aku: Aku sering berubah. Hati
ini seperti cuaca, tak bisa ditebak.
Candra: Itu bukan kelemahan, tapi kekayaan
rasa.
Seperti rembulan, bersinarlah dalam tenang dan pudar pun tetap indah.
🌱 5. Kalima – Dalam Lindungan Batara Wisnu
Aku: Aku tak suka tergesa. Aku
suka merawat dan menunggu.
Wisnu: Itulah kekuatanmu. Di
dunia yang penuh percepatan, kesabaran adalah kesaktian langka.
Peliharalah dunia di sekitarmu, maka jiwamu akan tetap utuh.
🌾 6. Kanem – Dalam Lindungan Batara Guru (Siwa)
Aku: Banyak yang datang padaku
untuk bertanya dan bergantung. Mengapa?
Guru: Karena kau membawa cahaya
dari dalam.
Tapi ingat, guru sejati bukan yang memaksa, melainkan yang mengilhami
diam-diam.
🌧️ 7. Kapitu – Dalam Lindungan Batara Kamajaya
Aku: Hatiku sering menangis
diam-diam. Apakah aku terlalu lemah?
Kamajaya: Tidak. Kau diberi
kedalaman, bukan kelemahan.
Dari luka, tumbuh cinta sejati. Kau bukan pelupa, kau adalah penjaga rasa.
🌊 8. Kawolu – Dalam Lindungan Batara Yamadipati
Aku: Mengapa aku begitu
tertarik pada keheningan dan batas antara hidup-mati?
Yamadipati: Karena kau penjaga nilai.
Dalam sunyi, kau bisa dengar gema keadilan.
Kau dilahirkan bukan untuk takut mati, tapi untuk menghidupkan makna.
🌤️ 9. Kasanga – Dalam Lindungan Batara Surya
Aku: Aku suka cahaya, suka
tantangan, suka menjadi yang pertama.
Surya: Terangmu bisa menerangi
atau membakar. Pilihlah dengan bijak.
Jangan sampai sinarmu menyilaukan orang lain hingga mereka tak bisa melihat
jalan.
🌾 10. Kasadasa – Dalam Lindungan Batara Asmara
Aku: Hatiku mudah mencinta,
tapi juga mudah terluka.
Asmara: Karena kau dicipta untuk
mengajarkan cinta tanpa syarat.
Jika kau mencintai tanpa menggenggam, tak akan ada luka yang sia-sia.
🔥 11. Desta – Dalam Lindungan Batara Kala
Aku: Mengapa semua terasa
berat? Seolah hidup sedang menantangku.
Kala: Karena waktumu sedang
menguji bentuk.
Aku bukan kutuk, tapi kesempatan. Yang mau berubah akan lahir kembali.
☀️ 12. Saddha – Dalam Lindungan Batara Brahma
Aku: Hidupku tenang, biasa
saja. Apakah aku cukup berarti?
Brahma: Justru karena kau
sederhana, kau mampu membangun.
Keagungan lahir dari fondasi yang kokoh dan tak suka pamer.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar