My Story Beneath of Hidden Treasure

Post Top Ad

Kamis, 01 Mei 2025

Seksualitas, Kontrasepsi, dan Buaian Patriarki: Saatnya Pendidikan Seks Jadi Jalan Tengah

 Dalam dunia yang masih sarat patriarki, tubuh perempuan sering kali menjadi medan tempur ideologi, moralitas, dan pengendalian sosial. Isu kontrasepsi menjadi salah satu cerminan nyata bagaimana seksualitas perempuan dan laki-laki diperlakukan secara tidak setara. Namun akar dari banyak kesalahpahaman ini sebenarnya bisa dilacak ke satu hal mendasar: kurangnya pendidikan seks yang menyeluruh, ilmiah, dan setara gender.


Ilustrasi bermacam alat kontrasepsi (Sumber: https://www.mediapromed.com/)


Seksualitas Perempuan vs. Laki-Laki dalam Dunia Patriarki


Dalam struktur sosial patriarkal, seksualitas perempuan cenderung dikontrol ketat. Perempuan yang mengekspresikan hasratnya sering dianggap "binal", tidak bermoral, atau menyimpang. Sebaliknya, ekspresi seksual laki-laki sering dipandang sebagai sesuatu yang "normal" dan bahkan dibanggakan. Inilah wajah standar ganda yang tak adil namun terus dipelihara (hooks, 2000).

Pendidikan seks yang minim dan bias gender memperparah situasi ini. Banyak orang tumbuh dewasa tanpa pemahaman yang sehat soal tubuhnya sendiri, apalagi tubuh orang lain. Dalam sistem yang mengagungkan kontrol terhadap tubuh perempuan, ketidaktahuan menjadi alat kekuasaan.


Kontrasepsi dan Beban yang Tidak Setara


Program keluarga berencana (KB) hampir selalu dibebankan pada perempuan. Dari pil, suntik, implan, hingga IUD—semuanya masuk ke dalam tubuh perempuan. Padahal efek samping dari metode-metode ini tidak ringan: ketidakseimbangan hormon, obesitas, gangguan jantung, bahkan masalah autoimun. Sayangnya, sebagian besar perempuan tidak punya ruang aman untuk mengeluhkan atau bahkan sekadar menyuarakan dampaknya (WHO, 2019).

Sementara itu, laki-laki hanya disodori dua pilihan: kondom dan vasektomi. Minimnya edukasi seksual membuat banyak laki-laki menganggap vasektomi sebagai ancaman maskulinitas atau pelanggaran HAM. Padahal, secara medis, vasektomi jauh lebih aman, tidak memengaruhi hormon, dan bersifat permanen hanya jika benar-benar diinginkan (CDC, 2022).


Saat Pendidikan Seks Jadi Solusi


Reaksi negatif terhadap vasektomi dan kontrasepsi laki-laki menunjukkan betapa rendahnya pemahaman publik tentang kesehatan reproduksi. Jika pendidikan seks diberikan secara komprehensif—meliputi anatomi, fungsi tubuh, relasi setara, hak reproduksi, hingga etika seksualitas—maka resistensi terhadap kontrasepsi laki-laki dan mitos seputar tubuh perempuan bisa diminimalkan.

Pendidikan seks bukan sekadar ajaran moral atau alat pencegah seks bebas, melainkan hak dasar untuk memahami dan mengendalikan tubuh sendiri. Ini penting bagi perempuan dan laki-laki, agar tidak ada lagi yang dikorbankan secara sepihak dalam kebijakan reproduksi.

 


Membongkar Ketimpangan Kontrasepsi


Jenis Kontrasepsi

Laki-laki

Perempuan

Barier

Kondom

Kondom wanita, diafragma

Hormonal

Sangat terbatas

Pil KB, suntik KB, implan, IUD hormonal

Non-hormonal

-

IUD tembaga

Permanen

Vasektomi

Tubektomi

Efek Samping

Minim

Sangat bervariasi dan sering berat

Stigma Sosial

Hampir tidak ada

Sangat tinggi

Berikut adalah tabel terpisah yang merinci efek samping dan dampak umum dari berbagai alat kontrasepsi, baik bagi perempuan maupun laki-laki:

Jenis Kontrasepsi

Pengguna

Efek Samping & Dampak

Pil KB (oral)

Perempuan

- Mual, sakit kepala, nyeri payudara - Kenaikan berat badan - Risiko pembekuan darah - Perubahan mood

Suntik KB

Perempuan

- Gangguan siklus menstruasi - Berat badan naik - Penurunan libido - Perubahan kepadatan tulang

Implan (susuk KB)

Perempuan

- Pendarahan tidak teratur - Sakit kepala - Jerawat - Perubahan suasana hati

IUD hormonal

Perempuan

- Kram atau nyeri saat pemasangan - Jerawat - Perdarahan ringan tidak teratur - Nyeri panggul

IUD tembaga

Perempuan

- Menstruasi lebih banyak dan lebih nyeri - Risiko anemia - Kram perut yang kuat

Tubektomi (sterilisasi)

Perempuan

- Nyeri pasca operasi - Risiko infeksi - Kadang terjadi perubahan hormonal - Irreversibel

Kondom pria

Laki-laki

- Alergi lateks (pada sebagian orang) - Iritasi ringan - Bisa robek jika tidak digunakan dengan benar

Kondom wanita

Perempuan

- Iritasi vagina - Kurang nyaman digunakan jika tidak terbiasa - Risiko tergelincir

Vasektomi

Laki-laki

- Nyeri ringan dan bengkak pasca tindakan - Hematoma atau infeksi jarang terjadi - Irreversibel meski kadang bisa dikembalikan


Jelas terlihat bahwa perempuan memikul beban lebih besar dalam urusan kontrasepsi. Namun ketika ada program yang mencoba mendorong keseimbangan, seperti vasektomi bagi laki-laki, justru muncul resistensi keras. Inilah bentuk pengabaian terhadap keadilan reproduktif (UNFPA, 2021).


Mengapa Banyak Perempuan Tak Berani Bicara?


Perempuan sering kali bungkam karena:

  • Takut distigmatisasi
  • Tidak adanya ruang aman untuk bersuara
  • Minimnya dukungan medis yang jujur
  • Tuntutan sosial untuk "nrimo" dan setia


Tanpa pendidikan seks yang membebaskan dan berbasis kesetaraan, perempuan akan terus terjebak dalam budaya diam. Ketika seseorang menyuarakan ketimpangan ini, suaranya bisa dianggap penghasutan. Padahal, yang dilakukan hanyalah menyadarkan publik bahwa ketidakadilan ini nyata dan telah berlangsung lama (Nash, 2019).


Jika kita betul-betul menjunjung keadilan, maka tubuh siapa pun—baik laki-laki maupun perempuan—tidak boleh dipaksakan atau dikorbankan demi sistem yang timpang. Wacana vasektomi seharusnya dilihat sebagai peluang menciptakan keadilan reproduktif, bukan ancaman. Sudah saatnya kita sadar bahwa kita hidup dalam buaian patriarki yang halus tapi mematikan. Dan seperti kata banyak aktivis feminis: Personal is Political (pribadi adalah politik) Termasuk pilihan atas tubuh kita sendiri.




Referensi:

  • hooks, bell. (2000). Feminism is for Everybody: Passionate Politics. South End Press.
  • World Health Organization. (2019). Family planning/Contraception methods.
  • Centers for Disease Control and Prevention. (2022). Vasectomy Fact Sheet.
  • Connell, R. W. (2005). Masculinities (2nd ed.). University of California Press.
  • UNFPA. (2021). State of World Population: My Body is My Own.
  • Nash, J. C. (2019). Black Feminism Reimagined: After Intersectionality. Duke University Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar